Mika part 3*
Malam itu.
Tepat jam 7 malam, Reno pun
datang ke rumah Mika. Dan sandiwara itu pun, akan di mulai.
Reno datang dengan mobil
mercedesnya, dengan memakai jas hitam, kemeja putih santai, tanpa dasi, Reno
berjalan keluar mobil. Dan dia berjalan menuju teras rumah Mika. Diketuknya
pintu rumah Mika, beberapa kali. Dan akhirnya seorang pelayan yang usianya
mungkin 20an tahun, yang berkerja sebagai pelayan rumah Mika, keluar untuk
membukakan pintu.
“Permisi.” Sahut Reno dengan nada
sopan.
“Hmm, iya. Ada yang bisa saya
bantu.” Elena pun bertanya dengan nada yang tak kalah sopannya.
“Ehh.. Mikanya ada?”
“Ouh, Anda mencari Nona Mika.
Jika boleh tahu, anda ini siapa ya, dan ada keperluan apa mencari Mika?” Tanya Elena
dengan sangat detail, seolah-olah Reno ingin bertemu dengan Presiden saja.
“Ouh, saya Reno, temennya Mika.
Tadi saya sudah membuat janji dengannya. Oh iya, anda sendiri siapa ya?
Tantenya Mika?” Reno pun mencoba mengira-ngira dengan siapa dia berbicara.
“Ouh bukan Tuan, saya hanya pelayan
dirumah ini. Tantenya Nona Mika, lagi keluar kota.”
“Ouh, maaf kalau begitu. Saya
kira, anda Tantenya Mika, karena, anda lebih tidak mirip dengan dandanan
seorang pemantu.”
“Oh, Tuan bisa saja. Saya memang
tidak terlihat pelayan, karena dirumah ini, saya adalah kepala pelayan,yang
hanya bertugas mengawasi pelayan-pelayan lainnya untuk mengerjakan semua
kebutuhan Nona Muda.”
“Nona Muda??” seperti inikah
kehidupannya. Dikelilingi oleh banyak orang yang selalu siap sedia untuk
memenuhi keperluannya *desir Reno dalam hati
“Iya Tuan. Nona Mika adalah cucu
tunggal dikeluarga ini, jadi dia adalah Nona Muda. Tapi meskipun posisinya
adalah Nona Muda di keluarga Pratama, Nona Mika tidak pernah sedikit pun
menyusahkan kami. Dia selalu mengerjakan semua sendiri, tapi hanya 1 hal yang membuat
kami kerepotan dibuatnya.” Jelas Elena panjang lebar.
“Kalau boleh tau, apa itu?” Tanya
Reno yang sedikit mulai tertarik
“Nona Muda tidak pernah tahu cara
naik bus atau kereta, untuk pulang pergi sekolah. Tapi dia terus bersikeras
untuk mempelajarinya. Jadi kadang, kami hampir serangan jantung jika menunggu
Nona Muda pulang.” Jelas Pelayan Elena, dengan seutas senyum terukir
diwajahnya.
“Ohh begitu.” Reno hanya menjawab
sekedarnya, padahal jika boleh, dia ingin tertawa sepuas-puasnya.
“Oh iya, maaf Tuan. Saya sampai
lupa memperbolehkan anda masuk. Mari Tuan, masuk dan silahkan duduk” Elena pun
meminta maaf, dan mempersilahkan Reno masuk dan duduk di sofa ruang tamu rumah
Mika.
“Iya, tidak apa apa.” Reno pun
masuk ke dalam rumah Mika, begitu banyak lukisan yang terpajang di rumah Mika.
Dari lukisan yang abstrak sampai lukisan yang bernilai seni yang tinggi.
“Nona Muda..... Nona..”
“Iya , ada apa?”
“Itu, temenya Nona Muda sudah datang,
dan sekarang dia sedang mmennggu anda di ruang tamu.”
“Ehh, temen saya? Siapa dia Elen?”
Tanya Mika keheranan.
“Katanya, namanya Reno, nona...”
Secara tidak langsung, tubuh Mika
menegang, seakan darahnya berhenti mengalir pada detik saat nama Reno
diucapkan. Dia tidak menyangka, bahwa sandiwara itu akan dimulai secepat ini. Elena
yang melihat reaksi Mika pun, ikuta panic, dan bertanya-tanya dalam hatinya,
‘apa ada yang salah dengan tamu itu’. Tanpa segan Elena pun langsung bertanya
pada Mika.
“Ada apa Nona? Mengapa reaksi
Nona begitu? Apakah ada yang salah dengan tamu yang saya terima itu?”
*Astaga... Dia udah datang!! cepet banget...
Mati aku !! aku harus gimana nih??!! Samperin.?. nggak. Samperin..? nggak. Samperin nggak yaa..
Samperini aja dah. Tapi ikut datang nggak yaa??* Desir Mika dalam hati.
“Tidak Elen, tidak ada yang salah
dengan tamu itu, hanya saja, say..ya hanya terkejut saja.” Jawab Mika dengan
sedikit gugup. Elena pun hanya mengulum senyumnya, untuk menghilangkan rasa
panic yang tadi sempat menghinggapi pikirannya.
“Ohh, iya sudah. Bilang ke dia, tunggu
bentar, saya akan segera menemuinya.”
“Iya Nona.”
“Permisi Tuan, kata Nona Muda, anda
disuruh menunggunya sebentar.”
“Ohh, iya. Tidak apa apa.”
“Hmm, bolehkah saya menemani anda
duduk disini?”
“Oh, silahkan saja.”
“Kalau saya boleh tau, terlihat
dari pakaian anda. Apakah anda dan Nona Muda akan pergi ke suatu acara? Pesta
mungkin?” Tanya Elena
“Iya. Anda benar, kami memang
ingin pergi ke pesta ulang tahun tema kami.”
“Ohh begitu. Tidak biasanya Nona
Muda ingin pergi ke pesta, apalagi dengan seorang pria.” Kata Elenayang sedikit
berbisik
“Maksud anda, Mika
tidak pernah pergi dengan pria, ke suatu acara?” Tanya Reno dengan sangat
antusias, entah sejak kapan, ia jadi sangat antusias dengan kehidupan Mika.
“Iya, terakhir Nona
Muda pergi ke pesta itu pun dengan sepupunya, dan itu pun mereka hanya pergi
sebentar untuk mendatangi pesta pernikahan adik dari Nyonya.”
“Maksud anda,
tantenya Mika yang tinggal bersama Mika disini?”
“Bukan Tuan, ada adik
pertama dari nyonya.”
“Ohh, I see. Kalai
boleh tahu, nama anda siapa ya?”
“Nama saya, Elena,
panggil saja saya Elen, karena saya hanya beda 5 tahun dengan Nona Muda.”
“Ohh, baiklah.”
Akhirnya Mika pun pergi menemui
Reno.
Langkah kaki itu, melangkah
menuruni anak tangga satu per satu. Terlihatlah sosok seorang Mika, layaknya
Putri Cinderela yang ada didongeng-dongeng, hanya saja, gaun yang sekarang
dipakai bukan berwarna putih, melainkan gaun berwarna merah darah yang sangat
kontras jika dibandingkan dengan kemeja yang dipakai Reno. Walapn begitu, gaun
itu terlihat indah disepanjang tubuh Mika, dan rambutnya yang disanggul ke atas
dengan dikeriting gantung membuat sosok Mika terlihat sangat elegan. Bagaikan
permata yang berkilau, itulah perumpamaan yang sesuai dengannya.
“Ren...”
“Ehhh, iya..”
“Kamu tidak apa-apa?”
“Tidak, tidak apa-apa. Jadi
berangkat kan ?”
“Iya..”
“Iya sudah, ayo kita berangkat.
Elen, kami pergi dulu” pamit Reno kepada Elen, dengan seulas senyum dibibirnya.
“Kalian sudah saling mengenal?”
Tanya Mika dengan penuh kecurigaan.
“Iya, kami sempat berbincang
sebentar tadi. Kenapa? Apa kau takut aku mengenal wanita selain dirimu?”
“Yakk, jaga ucapanmu. Aku sama
sekali tidak ada hubungannya dengan itu. Lagi pula, ini hanya pura-pura dan
sementara kan?”
“Apa kau yakin ini hanya pura-pura
dan sementara?” Tanya Reno dengan tatapan sinisnya.
“ii,,iy,,ya.” Jawab Mika
terbata-bata
“Oh iya, 1 lagi, ternyata sikapmu
di Istanamu sangat berbeda jauh dengan yang ini,”
Mika pn yang terlihat kesal,
hanya mampu menggembungkan pipinya.
Mika dan Reno pun melangkahkan kakinya,
menuruni anak tangga dan masuk ke dalam mobil. Suara mobil sudah terdengar, dan
itu tandanya bahwa, sebentar lagi Reno dan Mika akan memulai sandiwara
pementasannya yang pertama.
“Mik,” panggil Reno.
“Iya. Kenapa Ren ?”
“Kok diem aja ?”
“Nggak papa kok.”
“Maaf ya Mik. Aku nggak bermaksud
buat manfaatin kamu. Aku juga nggak tau mau minta tolong kemana dan sama siapa
lagi. Sorry about that.. “
“Iya, nggak papa. Aku cuma
ngerasa nggak enak aja ama mereka Ren.”
“Itu kan kalo kita beneran
jadian. Tapi ini kan cuma pura-pura Mik.”
“Iya sih, tapi kan cuma kita yang
tau, lagi pula mereka nggak tau kan Ren.”
“Jadi..” kata Reno sambil menatap
mata Mika. Dan dengan perlahan Reno menghentikan mobilnya.
“Loh kok berhenti ? Kamu marah ?”
“Iya sudah, kamu punya 1 kesempatan
untuk mutusin semua ini, pilihannya kamu mau atau nggak !” Tanya Reno dengan nada
yang sedikit meninggi
“Ren ...” terbalik dengan Reno,
Mika hanya bisa memanggilnya dengn lirihan yang mungkin hanya bisa didengar
oleh Reno saja.
“Cepat !! kamu cuma punya waktu 3
menit untuk menentukan semuanya.”
“Hmmm.. Ren, aku nggak bermaksud
bersikap seperti itu. I’m sorry”
“Aku nggak bakal maksa kamu,
Mika.”
“Ren, aku cuma ngerasa takut aja
tadi. Reno ?”
“Mik, cuma kamu yang bisa nolong
aku, aku akan ngelakuin apa aja yang kamu mau.”
“Oke, I joined.” Kata Mika dengan
tersenyum lebar.
“Mik, kamu serius?” Tanya Reno,
yang benar-benar tidak menyangka dengan jawaban Mika.
“Nggak, aku nggak serius.”
“Ohh.. iya sudah, kamu boleh
turun.” Kata Reno, yang dengan perlahan menundukkan kepalanya.
“Aku memang nggak serius, tapi
aku sejutarius Reno.”
Reno pun kaget, dia langsung
mengangkat kepalanya dan.. “Thanks Mik...”
“Iya, ayo kita pergi. Ntar keburu
selesei pestanya loh. Hehehe.”
“Iya-iya ..”
Mereka pun tertawa bersama.
Sesampainya disana ..
Lampu-lampu dengan berjuta warna
terlihat indah dari kejauhan Ternyata, Rasty memang benar-benar mempersiapkan
pestanya dengan seindah dan semegah mungkin. Dan hal itu dia lakukan hanya
untuk menarik perhatian Reno.
Hellooo !! emang Reno itu siapa,
Justin Bieber ? Hah ??? Mungkin itu yang ada dipikiran para-para kaum hawa.
Dan saat mobil mercedes Reno
muncul di pintu gerbang rumah Rasty, Rasty langsung berlari ke pintu gerbang
untuk menyambut Reno. Mika dan Reno pun terkesima dengan penampilan Rasty yang
benar-benar menyaingi penampilan artis Hollywood seperti Selena Gomez mungkin..
“Ren, yang lari-lari itu, Rasty
atau mamanya ?” tanya Mika dengan sdedikit tertawa.
“Hahah, apakah pikiran kita sama?
Sepertinya itu lain mamanya Rasty, lebih tepat seperti pelayannya. Hahahaha.”
Jawab Reno.
“Hahah. Jelas-jelas itu Rasty.”
“Iya, habis dia lucu banget kayak
gitu.”
“Iya juga sih.”
Mereka pun tertawa bersama
didalam mobil.
Rasty pun belum menyadari akan
kehadiran Mika. Dia masih mengira bahwa dialah satu-satu bintang yang paling
gemerlap malam ini. Dengan senyum yang mereka dan berjuta-juta bunga di
hatinya, dia berlari kecil menuju mobil Reno. Reno pun turun dari mobilnya.
Dan ...
Dengan spontan, senyum merekah
Rasty lenyap, begitu melihat Reno membuka pintu penumpang dan membimbing Mika
turun dari mobil. Rasty pun tak percaya kalau cewek itu adalah Mika, Rasty pun
mendekat.
“Loh, kamu datang bersama Mika,
Ren?”
“Iya, memangnya kenapa? Ada yang
salah?”
“Yaaahhh, setau ku rumah kalian
bukannya berjauhan ya? Mungkin bisa dibilang dari timur ke barat.”
“Ya karena itu, aku jemput Mika,
kan rumahmu lebih ke barat lagi Ras.”
“Oh gitu.” Jawab Rasty dengan
tatapan sinis. Sesaat Rasty memperhatikan penampilan Mika. Mika yang tampak
cantik seperti putri dengan Dress berwana merah.
*Gila..
Dressnya import dari Paris. Kaya banget dia. Tapi nggak mungkin. Pasti di
belikan sama Reno. Pikir Rasty dalam hatinya.
“Hmm, lain kali, kalo ke pesta
pakai baju sendiri dong. Nggak malu apa pake baju pemberian orang. Emang sih
bermerk, tapi...” sindir Rasty yang nggak tau kalo dress itu memang punya Mika.
“Hmm, maksudmu dress ini ?”
“Iya lah, aku tau kamu pasti
nggak bakal mampu untuk beli dress semahal, seindah dan semegah ini. Iya kan ?”
“Ouh, terima kasih atas saranya.
Dan selamat ulang tahun ya, Rasty.”
“Ouh, makasih.” Rasty pun dengan
malas menjawab ucapan selamat dari Mika.
“Hmm, selamat ya Rasty.” Sahut
Reno yang juga memberi ucapan kepada Rasty.
“Thanks Reno.” Jawab Rasty yang
sudah siap-siap memberikan tangannya, dan berharap Reno mau menjabat tangan dan
memeluknya.
Tapi, setelah Reno mengucapkan
selamat, tanpa menunggu dipersilahkan masuk, Reno pun langsung menggandeng
lembut tangan Mika, melintasi halaman luas rumah Rasty dan menuju tempat pesta.
Begitu masuk, Mika pun merasa
telah masuk ke kandang singa. Beribu mata telah menatap mereka dengan sejuta
makna dan semilyar tanya. Rasa kaget, penasaran, bingung, marah, cemburu, kesal
dan iri semakin menusuk dan memperhatikan setiap gerak-geriknya tanpa henti.
Mika merasa sangat takut dan tak tahu harus melakukan apa.
Reno pun memperlakukan Mika
selayaknya pacar yang sangat dia sayang. Reno menggandeng Mika ke mana saja
mereka pergi. Dan tidak dibiarkan Mika jauh sedikit aja darinya. Semua itu
dilakukan karena Reno tahu, kalau sedikit aja Mika lepas dari genggamannya dan
hilang sekejap dari matanya, itu akan membuat Mika dicabik-cabik oleh para
singa-singa itu.
Saat itu, Rasty telah siap untuk
meniup dan memotong kue ulang tahunnya. Acara tiup lilin yang biasanya jadi
momen terpenting bagi seseorang, tapi untuk kali ini, momen itu terasa hambar.
Dan setelah itu, Mika dan Reno pun cepat-cepat pamit pulang dengan alasan ada
acara ditempat lain.
Dan dengan waktu setengah jam
saja, Mika sudah mendapat berjuta musuh.
<<>>
Jam dinding telah menunjukkan
pukul 6. 40 pagi.
Tapi sepertinya seluruh kaum hawa
dan adam di sekolah itu sudah tahu. Bukan sudah tahu tentang pengumuman nilai
ulangan atau pengumuman libur sekolah. Melainkan mereka semua sudah tahu, kalo
Reno sudah memilih seorang cewek untuk dijadikan pacarnya. Dan pagi itu,
mereka ingin melihat kayak apa sih cewek pilihan Reno.
Mika benar-benar tidak menyangka
kaloo akhirnya jadi begini. Pantas aja, tadi pagi Reno ngotot pengen jemput
Mika, sekalinya ini toh maksudnya dia !
“Huh, padahal baru tadi malem,
kok mereka semua udah pada tahu sih. Kita kan nggak ngumumin itu lewat radio,
TV, ataupun mading sekolah!!” kata Mika sambil ngomel-ngomel sama Reno.
Reno hanya tersenyum tipis.
“Kamu itu yang aneh Mik. Kamu kan
cewek. Kayak kamu nggak tahu aja kecepatan mulut cewek. Kan ngalah-ngalahin
kecepatan cahaya.”
“Yee, tapi mulutku tidak secepat
itu.”
“Hahaha, iya dah nona kecil.”
“Apa’an sih..” kata Mika sambil
menginjak kaki Reno
Ternyata semua mata
benar-benar mengarah ke Mika. Tatapan sinis, tatapan seolah tudak percaya,
tatapan sirik dan tatapan yang sangat-sangat terlihat marah.
Tak ada satu pun kaum hawa
yang senang melihat Mika dan Reno bersama. Di setiap langkah mereka,
tatapan-tatapan itu selalu mengawasi, dan ketika Reno tahu kalao Mika merasa
takut dan panik. Reno pun langsung meraih tangan Mika dan menggandengnya. Dan
hal itu membuat tatapan-tatapan itu semakin lebar.
Dan hanya dengan waktu yang tidak
sampai 15 jam itu, Mika telah menjadi selebritis sekolah.
“Dan untung aja dia nggak
ngalah-ngalahin Selena Gomez yang pacaran sama justin bieber. Ha Ha Ha”
Dan ketika mereka semua tahu
bahwa cewek yang menjadi pacar Reno adalah Mika, semua serentak mengatakan :
“KOK BISA
SIH ??”
Kata-kata kasar, caci maki,
omelan, tuduhan, semua jadi satu menghampiri Mika.
Sabrina :
“Iya ampun, ku kira cewek yang
jadi pacar Reno itu, cantik, putih, tinggi, seksi. Ehh, sekalinya si Mika itu.
Emang sih manis, punya lesung pipi, putih, tapi dia kan kecil atau bisa
dibilang pendek. Aduh kecil-kecil kayak marmut gitu dipilih. Malessss banget”
Mika :
“Huh... Untung aja aku putih.
Coba kalo item. Udah item, kecil, pendek, hidup lagi.”
Avi :
“Iya ampun. Kok bisa sih. Pasti
dia main dukun atau orang pintar deh. Nggak mungkin banget seorang Mika bisa
dapetin Reno. Kan masih banyak cewek yang lebih lebih baik daripada Mika, lebih
cantik 10x lipat mungkin. Impossible !!”
Mika :
“Iya ampun, emang aku nggak laku
apa. Pake main dukun segala. Please deh, nggak usah mikirin sejauh itu !!!”
Githa :
“Dasar cewek kecil, kurus. Untung
aja lo putih. Hmm, nggak rela banget gue, kalo Reno jatuh ke tangan dia. Pasti
dia mandi kembang tengah malam deh. Terus kembangnya itu kembang 7 rupa. Kalo
nggak gitu nggak mungkin, dia bisa buat Reno yang super ganteng itu jadi
kelepek-kelepek ama dia.”
Mika :
“Hah !! Emang muka ku seancur dan
separah itu ya, sampai harus mandi kembang buat cowok kayak Reno. Kalo pun iya,
dan kalo pun harus, ngapain Cuma untuk cowok kayak Reno, mending sekalian aja Justin
Bieber, atau Steven William. !!!!
Dan itulah caci maki dan tuduhan
yang masuk ke telinga Mika. Tapi Mika hanya diam, dan paling nggak dia cuma
ngegerutu dalan hati.
Dan setelah kejadian itu, Reno
jadi takut buat ninggalin Mika sendirian. Dia takut kalo dia ninggalin Mika,
begitu balik, Mika udah jadi potongan-potongan daging yang udah tercabik-cabik.
Ke mana-mana mereka selalu
berdua, di kelas, ke kantin, ke perpus, ngerjain tugas/PR, plus pulang bareng,
Dan itu membuat Rasty dan teman-temannya semakin panas !
Tapi....
Serapi-rapinya tikus ngenyimpen
bangkai, pasti akhirnya ketahuan juga. Dan itu sama halnya dengan Reno dan
Mika. Serapi-rapinya mereka menyusun rencana, tetapi yang namanya kejadian yang
tak terduga dan tak bisa disangka-sangka, bisa datang kapan aja.
Hari itu, Reno harus latihan
basket sepulang sekolah, karena pertandingan basket sebentar lagi akan
dilaksanakan. Dan mendadak ketua Teater juga memerintahkan seluruh pengurus
ekskul teater berkumpul diaula, sepulang sekolah karena akan ada rapat untuk
membahas lomba teater bulan depan. Hal itu diumumkan lewat pengeras suara yang
ada di depan kantor guru. Dan Mika yang menjabat sebagai sekretaris 1
itu, pasti dan jelanya harus hadir dalam rapat itu.
Begitu bel pulang sekolah
berbunyi. Mika langsung diantar Reno ke aula. Dan sayangnya, Reno hanya bisa
mengantar, dan tidak bisa menunggu apa lagi menemani Mika. Ketika Reno pergi,
rasa takut pun mengahmpiri Mika. Firasat buruk pun datang, ketika mIka melihat
saah satu teman Rasty yaitu Gita. Gita memang anggota teater, tapi dia tidak
masuk dalam daftar pengurus ekskul teater. Mika berpikir kalo itu adalah
kerjaan Rasty. Mungkin Rasty sengaja menyuruh Gita untuk ikut rapat dan
memata-matainya.
Dan setelah rapat selama 25 menit,
Dana sebagai ketua ekskul memberi waktu sepuluh menit buat kita istirahat. Dan
saat itu Gita tiba-tiba ngilang gitu aja. Dan tiba-tiba waktu Mika ingin keluar
dan membeli minum ke kantin, Gita langsung mendekat dan dia menarik Mika keluar
aula. Ternyata diluar Rasty, Avi dan Sabrina udah berdiri layaknya rentiner mau
nagih utang.
“Ehh, kita mau ngomong ama lo,
Mik.”
“Heh ?? Mau ngomong apa? Aku
punya utang ama kalian ?” tanya Mika.
“Nggak usah bercanda deh.” Jawab
Rasty dengan kesa.
“Iya, bener tuh, nggak usah sok
BLOON deh !” sahut Avi yang muncul dari belakang Rasty.
“Hmm, emang kalian mau ngomong
apa.?”
“Nggak bisa disini.”
“Hmm, ngomong aja deh, nggak usah
sok secret Nona nona kurang kerjaan.”
“Kita bilang, nggak bisa disini,
bego !” sahut Gita.
“Terus mau kita bawa ke
mana nih, cecunguk satu ini.” Tanya Avi
“Kita bawa ke rumah Sabrina aja.”
“Oke, lagi pula, sepi kok rumah
gue.”
Mika ingin menolak, tapi Rasty
keburu narik dia dan nyeret dia masuk ke dalam mobil.
“Ehh, apa-apaan sih. Kalo mau ngomong,
ngomong aja. Nggak usah kayak gini dong caranya.”
“Udahlah, ikutin aja, apa yang
kita mau lakuin ama kamu.”
“Loh.....” kata-kata Mika
terpotong karena Gita udah keburu ngelakban mulut Mika.
“Loh apa ? Sekarang lo
nggak bisa teriak atau pun minta tolong lagi Nyonya Reno Adiwiyata Darmawan.”
“Emmm... emmmm.. emmm,” Hanya itu
suara yang bisa dikeluarkan oleh Mika.
Sesampainya dirumah Sabrina.
“Sekarang elo harus jujur sama
kita-kita.” Kata Sabrina
“Iya, elo harus jujur. Dan yang
harus kamu tahu Mika, nggak selamanya elo bisa kabur dari kita.” Kata Avi
sambil mendongakkan dagu Mika ke atas.
“Haha, bener banget. Emang mau
sampe kapan elo sembunyi terus didalam dekapan Reno. Hah !!” sahut Rasty si
ketua geng.
Akhirnya lakban yang bersarang di
mulut Mika dilepaskan. Dan Mika didudukan dikursi teras belakang rumah Sabrina.
“Apa sih mau kalian?! Hah !!
Kalian marah? Cemburu? Atau ngerasa tersaingi ama aku?” tanya Mika yang mulai
kesal dengan perlakuan Rasty dan teman-temannya.
“Haahh !! Tersaingi ? Nggak salah
lo.”
“Terus maksud kalian apa kayak
gini?”
“Kita Cuma pengen nanya doang kok
ama elo.”
“Emangnya kalian mau nanya apa
ama aku ?
“Simple aja kok, nggak usah
ribet-ribet.”
“Iya apa ??”
“Ceritain ke kita apa yang
sebenarnya terjadi antara elo ama Reno ? Plus jangan coba-coba elo bohong ama
kita.”
“Buat apa aku harus bohong ama
kalian. Nggak ada untungnya juga.”
“Baguslah. Ayo cepet ceritain!”
“Kamu kira, kamu itu siapa.
Nyuruh-nyuruh aku seenaknya.”
“Ehh, elo nggak usah macem-macem
ama kita.! Dan elo tau kan gue suka ama Reno dari awal dia masuk ke sekolah
kita.”
“So... Itu sih urusanmu. Bukan
urusanku.”
“Ihhh. !!” desis Rasty. Ia
melotot sampai matanya hampir copot.
“Kurang ajar lo. Elo nggak tau,
gue udah habis puluhan juta buat ngeadaian pesta gue. Dan itu Cuma buat Reno.
Elo kira dekor pesta gue itu main-main, asal-asalan. Nggak bego !!.”
“Terus..???? Apa hubungannya ama
aku?”
“Hubungannya ama elo. Elo udah
ngehancurin semua rencana gue.”
“So, kamu mau minta ganti ama aku
?”
“Ha Ha Ha Haa.. Minta ganti ama elo???
Itu berarti gue harus mikir 1000 kali dulu. Mana mampu lo ngebayar itu semua.
Baju yang kemarin elo pake aja, pasti Reno yang beliin.”
“Hahahaha” Rasty dan
teman-temannya pun tertawa keras.
“Ouh iya... Terserah..” Mika
hanya tersenyum tipis, karena dia senang kalo Rasty dan teman-temannya nggak
tahu siapa dia yang sebenarnya,
“Dan kita yakin kok, elo ama Reno
nggak ada apa-apa. Dan itu semua Cuma rekayasa doang.”
“Hahaha” Mika tertawa untuk
menyembunyikan rasa kagetnya. “Nggak ada rekayasa apa pun kok.”
“Pasti, nggak mungkin nggak ada.
Dan cowok kayak Reno nggak mungkin suka ama cewek kayak elo.”
“Oh, kalian optimis banget. Coba
kalian pikir, kalo perlu bayangin aja. Kalo ama aku aja dia nggak mau, apalagi
ama kamu, kamu, kamu, dan kamu !” bentak Mika sambil menunjuk mereka satu
persatu.
Rasty, Avi, Gita dan Sabrina pun
seolah tersentak dengan kata-kata Mika barusan.
“Hmm, bukannya kamu yang naksir
Reno duluan??”
“Hah, enak aja. Emang aku cewek
apa’an.”
“Kali aja elo paksa.”
“Ehh, pikir aja. Aku yang sekecil
ini mau maksa Reno yang badannya tinggu terus gede itu. Bisa koit aku ama dia.”
“Tapi kan yang namanya maksa
bukan berarti harus main fisik. Bisa aja pake cara lain.”
“Up to you deh.”
“Atau nggak, elo hipnotis dia.
Atau elo mandi kembang. Bisa jadi kan?”
“Sembarangan kamu. Kalo pun iya,
ngapain cuma Reno yang ku incer. Mending sekalian Ricky Harun, atau Justin
Bieber kalo ntar dia konser di Jakarta.”
“Emang, Reno bilang, kenapa dia
suka ama elo.”
Pertanyaan bertubi-tubi
mengahmpiri Mika.
“Iya lah. Yang pertama, karena
aku manis. Kedua karena aku mungil. Ketiga, karena aku nggak kecentilan kayak
kalian. Dan yang keempat, alasan yang bener-bener akan buat kalian shock.”
“Apa itu ?”
“Karena dia sayang sama aku.”
“Hah.” Semua terpengarah karena
dengar alasan keempat yang disebutkan Mika.
“Terus elo terima gitu aja.”
“Meskipun aku tolak. Dia tetep
mau nunggu kok. Nunggu sampe aku mau nerima dia.”
Karena omongan Mika, Rasty jadi
naik pitam.
“BOHONG ! Nggak mungkin ! Elo
pasti bohong !” Rasty pun menyeruak maju mengahampiri Mika.
“Udah deh, mending kalian cari
yang lain aja. Ngggak usah Reno.”
“Apa ?? Elo itu bener-bener
kurang aja ya.” Rasty pun mendorong Mika. Dan Mika pun langsung membalasnya.
Mika mendorong Rasty dengan kuat
“Ehh, nggak usah gini dong. Kalian
mau nanya atau mau ngajak kelahi?”
“Udah udah.” Avi pun langsung
melerai mereka berdua. Karena kalo mereka tidak dilerai, mereka akan bentrok
fisik. Dan nanti kabarnya bisa nyebar ke mana-mana. Dan kan Avi dan
teman-temannya bakalan malu.
<<>>
Di tempat lain, Reno juga tidak
bisa konsentrasi latihan basket. Dia takut kalo nanti terjadi apa-apa ama Mika.
Lemparan bolanya, tak ada satu pun yang masuk ke ring. Bayangan Mika selalu
terlihat.
“Woi Bro, kenapa lo?” tanya salah
satu seorang temen Reno yang bernama Aidan.
“Nggak papa kok.” Jawab Reno
“Kenapa? Mikirin cewek lo?”
“Ehh..??”
“Iya, gue nanya, elo lagi mikirin
cewek lo? Siapa namanya tuh,, Mika kalo nggak salah.”
“Iya ehh, aku takut ntar dia
diapa-apain lagi ama Rasty dan teman-temannya itu.”
“Iya juga sih. Elo sih punya
tampang bagus amat, kan jadi banyak fans-fansnya. Kayak sapa tuh. Justin
Bibir??”
“Hahaha, Justin Bieber maksud lo
Dan.”
“Yo’i, itu maksud gue.”
“Tapi beneran gue kahwatir banget
ama dia.”
“Iya udah, bentar lagi kita kelar
kan latihannya.”
“Iya juga sih, iya udah lanjutin
lagi yok.”
Dan begitu latihannya kelar. Reno
pun langsung pergi ke aula yang lumayan jauh dari tempat dia latihan.
Cepat-cepat dia memeriksa semua
ruangan satu persatu. Tapi kenyataannya, Mika nggak ada di mana-mana. Baru
selesei memeriksa setengah sekolah, kaki Reno sudah serasa mau patah. Dan
kebetulan dia bertemu dengan mang ujang, tukang kebun sekolah.
“Mang, mang ujang.. Liat Mika
nggak ?” tanya Reno dengan nafas terengah-engah.
“Wahh, tadi sih, kayaknya dibawa non
Rasty ama teman-temannya masuk ke dalam mobil.”
“Hmm, mang ujang tahu mereka ke
mana.”
“Wahh, mang ujang kurang tahu
atuh den. Kayaknya mau dibawa ke rumah salah satu dari mereka yang deket sini.
Kalo nggak salah namanya Sa.. sa.. saprina kayaknya.”
“Hah, nggak salah mang? Sabrina
kali?” Tebak Reno.
“Iya, maksud mang ujang itu.”
“Iya udah, makasih ya mang. Shit
!!” Desis Reno. Dengan terburu-buru Reno pun langsung pergi ke parkiran untuk
mengambil mobil dan langsung menuju rumah Sabrina.
Dan sesampainya dia di rumah
Sabrina, tanpa permisi lagi, dia pun langsung membuka pintu rumah Sabrina dan
menerobos masuk dengan langkah terburu-buru. dia melihat Mika sedang
dikerubungi oleh-oleh cewek-cewek centil itu. Dengan hadirnya Reno disitu,
cewek-cewek centil itu langsung terdiam, semua wajah tertunduk takut, karena
mereka menyangka Reno akan sangat marah. Dan ternyata dugaan mereka benar. Reno
yang wajahnya telah memerah padam itu langsung, menarik tangan Mika, dan
membawa Mika keluar.
“Kamu nggak papa kan Mik.” Dengan
cemas Reno pun bertanya pada Mika.
Mika pun tak menjawab, dia hanya
memasang wajah cemberut berat. Mungkin dia marah, emosi, jengkel, dongkol,
sakit hati karena dituduh macam-macam.
Karena itu, Reno pun merasa
sangat bersalah karena udah ninggalin Mika. Reno pun tidak bertanya lagi kepada
Mika. Dia pun langsung memeluk Mika dengan sangat erat dan berkata lirih
ditelinga Mika, “Mik, maafin aku.”
“Dan elo, elo, elo dan elo. Sampe
terjadi apa-apa lagi ama Mika, atau elo semua berani nyentuh dia, walaupun
seujung rambutnya aja, elo semua bakalan berurusanan langsung ama gue !”
Dan setelah itu, Reno dan Mika
pun langsung pergi, tanpa menghiraukan kata-kata yang terucap dari Rasty.
Sejak peristiwa itu, Reno pun
langsung overprotective terhadap Mika. Tak ada satu spasi pun mengahalangi
mereka. Ya bisa dibilang bagai amplop ama perangko. Ke mana-mana selalu berdua.
Dan seandainya jadwal ekskul mereka sama atau bertabrakan, salah satu dari
mereka akan mengalah.
Sejuta tuduhan, hinaan, dan caci
maik pun terlontar dari mulut-mulut kaum hawa disekolahnya, ada yang bilang
Reno kena peletlah, begolah, butalah, kataraklah, dan masih banyak lagi !!
Dan paling buat Mika bener-bener
seperti gas yang mau meledak, ketika sahabatnya bilang kalo ada anak cewek di
kelasnya yang bilang :
“Yee, si Mika mah enak ketiban
duren, ehh.. si Renonya, emang sih ketiban apel, tapi apel busuk”
Jahat banget kan mereka.
Dan pada hari minggu, Reno pun
datang ke rumah Mika.
“Hai Elen, ada Mika?”
“Hmm, ada Tuan. Bentar yaa.”
“Nona Muda. Ada Tuan Reno di
depan.”
“Ehh, Reno ? Ada apa ya dia datang
kesini, Elen?”
“Wah, kalau itu saya kurang tau
Nona.”
“Iya sudah kalau begitu.”
“Iya Nona. Saya permisi dulu”
“Iya..”
“Kamu? Kenapa? Tumben ke sini?
Emang kita ada janji mau pergi?”
“Nggak papa Mik. Kebetulan aku
belum makan, gimana kalo kamu nemenin aku makan?”
“Hmm, gimana ya Ren.” Kata Mika
sambil berpikir panjang.
“Emm, ku traktir makan
spaghetti deh.”
“Hmm, iya deh.” Mika pun langsung
mengiyakan ajakan Reno, karena dia suka banget ama yang namanya spaghetti.
“Hmm, tapi yakin mau pergi makan
pake piyama gitu ?” tanya Reno yang hanya tersenyum menahan ketawa.
“Oh iya, hehe.” Mika pun hanya tersenyum
malu dan langsung pergi ke kamarnya untuk ganti baju.
Beberapa saat kemudian...
“Emang kita mau makan di mana Ren
?”
“Hmm, bentar lagi nyampek kok.”
“Hmm. Iya deh.”
“Ni dah nyampek.”
“Hmm, kok ke sini ?” Mika begitu
heran ketika Reno memarkirkan mobilnya ke halaman sebuah Restoran dengan papan
nama “ ReMi Resto”.
“Hmm, emang kenapa?” tanya Reno
yang agak heran dengan pertanyaan Mika.
“Iya nggak papa, nanya aja.”
“Ayo masuk.”
Mika hanya mengangguk. Mereka pun
masuk ke dalam Resto tersebut. Mika dan Reno duduk di meja tengah.
“Hmm, disini spaghettinya enak
Mik, jadi aku ajak kamu ke sini.”
“Oh.” Mika pun hanya berOh saja.
“Kenapa nggak suka ya?”
“Ng.. nggak kok. Suka, suka
banget.” Jawab Mika dengan terbata-bata, padahal dalam hatinya, Resto itu terlalu
romantis untuk dia, apalgi hanya untuk makan spaghetti.
“Syukurlah, kalo suka. Tuh
makanan dan minumannya dah dateng.”
“Ehh, iya iya.”
“Nggak usah nervous gitu kali
Mik. Nyantai aja.”
“Hmm, iya.” Mika hanya tersenyum
tipis. *Hmm, emang keliatan ya kalo aku nervous, Oh no... aku malu banget nih.*
Desir Mika dalam hatinya.
“Ouh iya, kamu mau ayam bakarku
nggak? Kalo mau, mau apanya nih?
“Hmm, mau kok. Aku mau kakinya
aja, rasanya aku lagi pengen nendang orang nih.”
“Wess, nyantai non. Hahaha.”
“Ya abis, kamu nggak ngerasain
sih rasanya jadi aku. Di tuduh inilah itulah, beginilah, begitulah. Huh.”
“Hmm, emang kamu ngerasain
rasanya jadi aku??”
“Iya, nggak gitu juga Ren, tapi
enak kamunya yang diomongin yang baik-baik, lah aku??”
“Iya deh. Maaf-maaf. Aku yang
egois Mik, aku yang nggak mikirin kamu. Aku juga nggak nyangka kamu bakal
digotong ke rumahnya tuh nenek lampir”
“Haahaha,” Mika pun spontan
tertawa. “Nenek lampir? Maksudmu Sabrina?”
“Hahah, tuh tau.”
“Haha, iyalah, kan keliatan dari
mukanya yang selalu pucat kalo tanpa make up.”
“BETUL ITU.”
“Ouh iya Ren, masalah itu
gimana?”
“Masalah yang mana?”
“Yang..... tentang..... Hmmm, itu
loh.”
“Apa’an sih?”
“Yaaaa tentang itu....”
“Ouh, maksudmu tentang siapa yang
dulu ada felling di antara kita?”
“iya itu maksudku.”
“Iya aku aja, kan aku cowok.”
“Gitu ya??” kata Mika sambil
menarik nafas lega.
“Hmm, terus kalo mereka nanya
kamu nyatainnya gimana? Hayo ??”
“Hmm, nggak tau. Kamu maunya
gimana?”
“Hmm, mauku sih nggak ada
pernyataan.” Jawab Mika yang tiba-tiba jadi jutek.
“Oke oke, sorry deh. Itu biar aku
yang ngurus.”
“Iya.”
Setelah dua jam duduk makan
di Resto itu, Reno pun merasa kenyang. Tapi tidak untuk Mika. Didalam hatinya
dia berdesir,“Kayaknya aku harus ke rumah sakit nih, atau ke spesialis
jantung, kali aja ada jantung nganggur disana. Soalnya jantung ku bentar lagi
kayaknya mau putus deh, mungkin karena selalu sering berdetak lebih kencang
melewati batas normal kali ya.”
<<>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar