Jumat, 15 Juli 2011

Mika Part 3

Mika part 3*




Malam itu.
Tepat jam 7 malam, Reno pun datang ke rumah Mika. Dan sandiwara itu pun, akan di mulai.

Reno datang dengan mobil mercedesnya, dengan memakai jas hitam, kemeja putih santai, tanpa dasi, Reno berjalan keluar mobil. Dan dia berjalan menuju teras rumah Mika. Diketuknya pintu rumah Mika, beberapa kali. Dan akhirnya seorang pelayan yang usianya mungkin 20an tahun, yang berkerja sebagai pelayan rumah Mika, keluar untuk membukakan pintu.
“Permisi.” Sahut Reno dengan nada sopan.
“Hmm, iya. Ada yang bisa saya bantu.” Elena pun bertanya dengan nada yang tak kalah sopannya.
“Ehh.. Mikanya ada?”
“Ouh, Anda mencari Nona Mika. Jika boleh tahu, anda ini siapa ya, dan ada keperluan apa mencari Mika?” Tanya Elena dengan sangat detail, seolah-olah Reno ingin bertemu dengan Presiden saja.
“Ouh, saya Reno, temennya Mika. Tadi saya sudah membuat janji dengannya. Oh iya, anda sendiri siapa ya? Tantenya Mika?” Reno pun mencoba mengira-ngira dengan siapa dia berbicara.
“Ouh bukan Tuan, saya hanya pelayan dirumah ini. Tantenya Nona Mika, lagi keluar kota.”
“Ouh, maaf kalau begitu. Saya kira, anda Tantenya Mika, karena, anda lebih tidak mirip dengan dandanan seorang pemantu.”
“Oh, Tuan bisa saja. Saya memang tidak terlihat pelayan, karena dirumah ini, saya adalah kepala pelayan,yang hanya bertugas mengawasi pelayan-pelayan lainnya untuk mengerjakan semua kebutuhan Nona Muda.”
“Nona Muda??” seperti inikah kehidupannya. Dikelilingi oleh banyak orang yang selalu siap sedia untuk memenuhi keperluannya *desir Reno dalam hati


“Iya Tuan. Nona Mika adalah cucu tunggal dikeluarga ini, jadi dia adalah Nona Muda. Tapi meskipun posisinya adalah Nona Muda di keluarga Pratama, Nona Mika tidak pernah sedikit pun menyusahkan kami. Dia selalu mengerjakan semua sendiri, tapi hanya 1 hal yang membuat kami kerepotan dibuatnya.” Jelas Elena panjang lebar.
“Kalau boleh tau, apa itu?” Tanya Reno yang sedikit mulai tertarik
“Nona Muda tidak pernah tahu cara naik bus atau kereta, untuk pulang pergi sekolah. Tapi dia terus bersikeras untuk mempelajarinya. Jadi kadang, kami hampir serangan jantung jika menunggu Nona Muda pulang.” Jelas Pelayan Elena, dengan seutas senyum terukir diwajahnya.
“Ohh begitu.” Reno hanya menjawab sekedarnya, padahal jika boleh, dia ingin tertawa sepuas-puasnya.
“Oh iya, maaf Tuan. Saya sampai lupa memperbolehkan anda masuk. Mari Tuan, masuk dan silahkan duduk” Elena pun meminta maaf, dan mempersilahkan Reno masuk dan duduk di sofa ruang tamu rumah Mika.
“Iya, tidak apa apa.” Reno pun masuk ke dalam rumah Mika, begitu banyak lukisan yang terpajang di rumah Mika. Dari lukisan yang abstrak sampai lukisan yang bernilai seni yang tinggi.
 “Nona Muda..... Nona..”
“Iya , ada apa?”
“Itu, temenya Nona Muda sudah datang, dan sekarang dia sedang mmennggu anda di ruang tamu.”
“Ehh, temen saya? Siapa dia Elen?” Tanya Mika keheranan.
“Katanya, namanya Reno, nona...”
Secara tidak langsung, tubuh Mika menegang, seakan darahnya berhenti mengalir pada detik saat nama Reno diucapkan. Dia tidak menyangka, bahwa sandiwara itu akan dimulai secepat ini. Elena yang melihat reaksi Mika pun, ikuta panic, dan bertanya-tanya dalam hatinya, ‘apa ada yang salah dengan tamu itu’. Tanpa segan Elena pun langsung bertanya pada Mika.
“Ada apa Nona? Mengapa reaksi Nona begitu? Apakah ada yang salah dengan tamu yang saya terima itu?”

 *Astaga... Dia udah datang!! cepet banget... Mati aku !! aku harus gimana nih??!! Samperin.?. nggak.  Samperin..? nggak. Samperin nggak yaa.. Samperini aja dah. Tapi ikut datang nggak yaa??* Desir Mika dalam hati.

“Tidak Elen, tidak ada yang salah dengan tamu itu, hanya saja, say..ya hanya terkejut saja.” Jawab Mika dengan sedikit gugup. Elena pun hanya mengulum senyumnya, untuk menghilangkan rasa panic yang tadi sempat menghinggapi pikirannya.
“Ohh, iya sudah. Bilang ke dia, tunggu bentar, saya akan segera menemuinya.”
“Iya Nona.”

“Permisi Tuan, kata Nona Muda, anda disuruh menunggunya sebentar.”
“Ohh, iya. Tidak  apa apa.”
“Hmm, bolehkah saya menemani anda duduk disini?”
“Oh, silahkan saja.”
“Kalau saya boleh tau, terlihat dari pakaian anda. Apakah anda dan Nona Muda akan pergi ke suatu acara? Pesta mungkin?” Tanya Elena
“Iya. Anda benar, kami memang ingin pergi ke pesta ulang tahun tema kami.”
“Ohh begitu. Tidak biasanya Nona Muda ingin pergi ke pesta, apalagi dengan seorang pria.” Kata Elenayang sedikit berbisik
“Maksud anda, Mika tidak pernah pergi dengan pria, ke suatu acara?” Tanya Reno dengan sangat antusias, entah sejak kapan, ia jadi sangat antusias dengan kehidupan Mika.
“Iya, terakhir Nona Muda pergi ke pesta itu pun dengan sepupunya, dan itu pun mereka hanya pergi sebentar untuk mendatangi pesta pernikahan adik dari Nyonya.”
“Maksud anda, tantenya Mika yang tinggal bersama Mika disini?”
“Bukan Tuan, ada adik pertama dari nyonya.”
“Ohh, I see. Kalai boleh tahu, nama anda siapa ya?”
“Nama saya, Elena, panggil saja saya Elen, karena saya hanya beda 5 tahun dengan Nona Muda.”
“Ohh, baiklah.”

Akhirnya Mika pun pergi menemui Reno.
Langkah kaki itu, melangkah menuruni anak tangga satu per satu. Terlihatlah sosok seorang Mika, layaknya Putri Cinderela yang ada didongeng-dongeng, hanya saja, gaun yang sekarang dipakai bukan berwarna putih, melainkan gaun berwarna merah darah yang sangat kontras jika dibandingkan dengan kemeja yang dipakai Reno. Walapn begitu, gaun itu terlihat indah disepanjang tubuh Mika, dan rambutnya yang disanggul ke atas dengan dikeriting gantung membuat sosok Mika terlihat sangat elegan. Bagaikan permata yang berkilau, itulah perumpamaan yang sesuai dengannya.

“Ren...”
“Ehhh, iya..”
“Kamu tidak apa-apa?”
“Tidak, tidak apa-apa. Jadi berangkat kan ?”
“Iya..”
“Iya sudah, ayo kita berangkat. Elen, kami pergi dulu” pamit Reno kepada Elen, dengan seulas senyum dibibirnya.
“Kalian sudah saling mengenal?” Tanya Mika dengan penuh kecurigaan.
“Iya, kami sempat berbincang sebentar tadi. Kenapa? Apa kau takut aku mengenal wanita selain dirimu?”
“Yakk, jaga ucapanmu. Aku sama sekali tidak ada hubungannya dengan itu. Lagi pula, ini hanya pura-pura dan sementara kan?”
“Apa kau yakin ini hanya pura-pura dan sementara?” Tanya Reno dengan tatapan sinisnya.
“ii,,iy,,ya.” Jawab Mika terbata-bata
“Oh iya, 1 lagi, ternyata sikapmu di Istanamu sangat berbeda jauh dengan yang ini,”
Mika pn yang terlihat kesal, hanya mampu menggembungkan pipinya.

Mika dan Reno pun melangkahkan kakinya, menuruni anak tangga dan masuk ke dalam mobil. Suara mobil sudah terdengar, dan itu tandanya bahwa, sebentar lagi Reno dan Mika akan memulai sandiwara pementasannya yang pertama.
“Mik,” panggil Reno.
“Iya. Kenapa Ren ?”
“Kok diem aja ?”
“Nggak papa kok.”
“Maaf ya Mik. Aku nggak bermaksud buat manfaatin kamu. Aku juga nggak tau mau minta tolong kemana dan sama siapa lagi. Sorry about that.. “
“Iya, nggak papa. Aku cuma ngerasa nggak enak aja ama mereka Ren.”
“Itu kan kalo kita beneran jadian. Tapi ini kan cuma pura-pura Mik.”
“Iya sih, tapi kan cuma kita yang tau, lagi pula mereka nggak tau kan Ren.”
“Jadi..” kata Reno sambil menatap mata Mika. Dan dengan perlahan Reno menghentikan mobilnya.
“Loh kok berhenti ? Kamu marah ?”
“Iya sudah, kamu punya 1 kesempatan untuk mutusin semua ini, pilihannya kamu mau atau nggak !” Tanya Reno dengan nada yang sedikit meninggi
“Ren ...” terbalik dengan Reno, Mika hanya bisa memanggilnya dengn lirihan yang mungkin hanya bisa didengar oleh Reno saja.
“Cepat !! kamu cuma punya waktu 3 menit untuk menentukan semuanya.”
“Hmmm.. Ren, aku nggak bermaksud bersikap seperti itu. I’m sorry”
“Aku nggak bakal maksa kamu, Mika.”
“Ren, aku cuma ngerasa takut aja tadi. Reno ?”
“Mik, cuma kamu yang bisa nolong aku, aku akan ngelakuin apa aja yang kamu mau.”
“Oke, I joined.” Kata Mika dengan tersenyum lebar.
“Mik, kamu serius?” Tanya Reno, yang benar-benar tidak menyangka dengan jawaban Mika.
“Nggak, aku nggak serius.”
“Ohh.. iya sudah, kamu boleh turun.” Kata Reno, yang dengan perlahan menundukkan kepalanya.
“Aku memang nggak serius, tapi aku sejutarius Reno.”
Reno pun kaget, dia langsung mengangkat kepalanya dan.. “Thanks Mik...”
“Iya, ayo kita pergi. Ntar keburu selesei pestanya loh. Hehehe.”
“Iya-iya ..”
Mereka pun tertawa bersama.

Sesampainya disana ..
Lampu-lampu dengan berjuta warna terlihat indah dari kejauhan Ternyata, Rasty memang benar-benar mempersiapkan pestanya dengan seindah dan semegah mungkin. Dan hal itu dia lakukan hanya untuk menarik perhatian Reno.
Hellooo !! emang Reno itu siapa, Justin Bieber ? Hah ??? Mungkin itu yang ada dipikiran para-para kaum hawa.
Dan saat mobil mercedes Reno muncul di pintu gerbang rumah Rasty, Rasty langsung berlari ke pintu gerbang untuk menyambut Reno. Mika dan Reno pun terkesima dengan penampilan Rasty yang benar-benar menyaingi penampilan artis Hollywood seperti Selena Gomez mungkin..
“Ren, yang lari-lari itu, Rasty atau mamanya ?” tanya Mika dengan sdedikit tertawa.
“Hahah, apakah pikiran kita sama? Sepertinya itu lain mamanya Rasty, lebih tepat seperti pelayannya. Hahahaha.” Jawab Reno.
“Hahah. Jelas-jelas itu Rasty.”
“Iya, habis dia lucu banget kayak gitu.”
“Iya juga sih.”
Mereka pun tertawa bersama didalam mobil.

Rasty pun belum menyadari akan kehadiran Mika. Dia masih mengira bahwa dialah satu-satu bintang yang paling gemerlap malam ini. Dengan senyum yang mereka dan berjuta-juta bunga di hatinya, dia berlari kecil menuju mobil Reno. Reno pun turun dari mobilnya.
Dan ...
Dengan spontan, senyum merekah Rasty lenyap, begitu melihat Reno membuka pintu penumpang dan membimbing Mika turun dari mobil. Rasty pun tak percaya kalau cewek itu adalah Mika, Rasty pun mendekat.
“Loh, kamu datang bersama Mika, Ren?”
“Iya, memangnya kenapa? Ada yang salah?”
“Yaaahhh, setau ku rumah kalian bukannya berjauhan ya? Mungkin bisa dibilang dari timur ke barat.”
“Ya karena itu, aku jemput Mika, kan rumahmu lebih ke barat lagi Ras.”
“Oh gitu.” Jawab Rasty dengan tatapan sinis. Sesaat Rasty memperhatikan penampilan Mika. Mika yang tampak cantik seperti putri dengan Dress berwana merah.

*Gila.. Dressnya import dari Paris. Kaya banget dia. Tapi nggak mungkin. Pasti di belikan sama Reno. Pikir Rasty dalam hatinya.

“Hmm, lain kali, kalo ke pesta pakai baju sendiri dong. Nggak malu apa pake baju pemberian orang. Emang sih bermerk, tapi...” sindir Rasty yang nggak tau kalo dress itu memang punya Mika.
“Hmm, maksudmu dress ini ?”
“Iya lah, aku tau kamu pasti nggak bakal mampu untuk beli dress semahal, seindah dan semegah ini. Iya kan ?”
“Ouh, terima kasih atas saranya. Dan selamat ulang tahun ya, Rasty.”
“Ouh, makasih.” Rasty pun dengan malas menjawab ucapan selamat dari Mika.
“Hmm, selamat ya Rasty.” Sahut Reno yang juga memberi ucapan kepada Rasty.
“Thanks Reno.” Jawab Rasty yang sudah siap-siap memberikan tangannya, dan berharap Reno mau menjabat tangan dan memeluknya.
Tapi, setelah Reno mengucapkan selamat, tanpa menunggu dipersilahkan masuk, Reno pun langsung menggandeng lembut tangan Mika, melintasi halaman luas rumah Rasty dan menuju tempat pesta.
Begitu masuk, Mika pun merasa telah masuk ke kandang singa. Beribu mata telah menatap mereka dengan sejuta makna dan semilyar tanya. Rasa kaget, penasaran, bingung, marah, cemburu, kesal dan iri semakin menusuk dan memperhatikan setiap gerak-geriknya tanpa henti. Mika merasa sangat takut dan tak tahu harus melakukan apa.
Reno pun memperlakukan Mika selayaknya pacar yang sangat dia sayang. Reno menggandeng Mika ke mana saja mereka pergi. Dan tidak dibiarkan Mika jauh sedikit aja darinya. Semua itu dilakukan karena Reno tahu, kalau sedikit aja Mika lepas dari genggamannya dan hilang sekejap dari matanya, itu akan membuat Mika dicabik-cabik oleh para singa-singa itu.
Saat itu, Rasty telah siap untuk meniup dan memotong kue ulang tahunnya. Acara tiup lilin yang biasanya jadi momen terpenting bagi seseorang, tapi untuk kali ini, momen itu terasa hambar. Dan setelah itu, Mika dan Reno pun cepat-cepat pamit pulang dengan alasan ada acara ditempat lain.
Dan dengan waktu setengah jam saja, Mika sudah mendapat berjuta musuh.

<<>> 

Jam dinding telah menunjukkan pukul 6. 40 pagi.
Tapi sepertinya seluruh kaum hawa dan adam di sekolah itu sudah tahu. Bukan sudah tahu tentang pengumuman nilai ulangan atau pengumuman libur sekolah. Melainkan mereka semua sudah tahu, kalo Reno sudah memilih seorang cewek untuk dijadikan pacarnya. Dan pagi itu,  mereka ingin melihat kayak apa sih cewek pilihan Reno.
Mika benar-benar tidak menyangka kaloo akhirnya jadi begini. Pantas aja, tadi pagi Reno ngotot pengen jemput Mika, sekalinya ini toh maksudnya dia !
“Huh, padahal baru tadi malem, kok mereka semua udah pada tahu sih. Kita kan nggak ngumumin itu lewat radio, TV, ataupun mading sekolah!!” kata Mika sambil ngomel-ngomel sama Reno.
Reno hanya tersenyum tipis.
“Kamu itu yang aneh Mik. Kamu kan cewek. Kayak kamu nggak tahu aja kecepatan mulut cewek. Kan ngalah-ngalahin kecepatan cahaya.”
“Yee, tapi mulutku tidak secepat itu.”
“Hahaha, iya dah nona kecil.”
“Apa’an sih..” kata Mika sambil menginjak kaki Reno
Ternyata semua mata  benar-benar mengarah ke Mika. Tatapan sinis, tatapan seolah tudak percaya, tatapan sirik dan tatapan yang sangat-sangat terlihat marah.
 Tak ada satu pun kaum hawa yang senang melihat Mika dan Reno bersama. Di setiap langkah mereka, tatapan-tatapan itu selalu mengawasi, dan ketika Reno tahu kalao Mika merasa takut dan panik. Reno pun langsung meraih tangan Mika dan menggandengnya. Dan hal itu membuat tatapan-tatapan itu semakin lebar.
Dan hanya dengan waktu yang tidak sampai 15 jam itu, Mika telah menjadi selebritis sekolah.
“Dan untung aja dia nggak ngalah-ngalahin Selena Gomez yang pacaran sama justin bieber. Ha Ha Ha”
Dan ketika mereka semua tahu bahwa cewek yang menjadi pacar Reno adalah Mika, semua serentak mengatakan :

“KOK BISA SIH ??”

Kata-kata kasar, caci maki, omelan, tuduhan, semua jadi satu menghampiri Mika.

Sabrina :
“Iya ampun, ku kira cewek yang jadi pacar Reno itu, cantik, putih, tinggi, seksi. Ehh, sekalinya si Mika itu. Emang sih manis, punya lesung pipi, putih, tapi dia kan kecil atau bisa dibilang pendek. Aduh kecil-kecil kayak marmut gitu dipilih. Malessss banget”

Mika :
“Huh... Untung aja aku putih. Coba kalo item. Udah item, kecil, pendek, hidup lagi.”

Avi :
“Iya ampun. Kok bisa sih. Pasti dia main dukun atau orang pintar deh. Nggak mungkin banget seorang Mika bisa dapetin Reno. Kan masih banyak cewek yang lebih lebih baik daripada Mika, lebih cantik 10x lipat mungkin. Impossible !!”

Mika :
“Iya ampun, emang aku nggak laku apa. Pake main dukun segala. Please deh, nggak usah mikirin sejauh itu !!!”

Githa :
“Dasar cewek kecil, kurus. Untung aja lo putih. Hmm, nggak rela banget gue, kalo Reno jatuh ke tangan dia. Pasti dia mandi kembang tengah malam deh. Terus kembangnya itu kembang 7 rupa. Kalo nggak gitu nggak mungkin, dia bisa buat Reno yang super ganteng itu jadi kelepek-kelepek ama dia.”

Mika :
“Hah !! Emang muka ku seancur dan separah itu ya, sampai harus mandi kembang buat cowok kayak Reno. Kalo pun iya, dan kalo pun harus, ngapain Cuma untuk cowok kayak Reno, mending sekalian aja Justin Bieber, atau Steven William. !!!!

Dan itulah caci maki dan tuduhan yang masuk ke telinga Mika. Tapi Mika hanya diam, dan paling nggak dia cuma ngegerutu dalan hati.
Dan setelah kejadian itu, Reno jadi takut buat ninggalin Mika sendirian. Dia takut kalo dia ninggalin Mika, begitu balik, Mika udah jadi potongan-potongan daging yang udah tercabik-cabik.
Ke mana-mana mereka selalu berdua, di kelas, ke kantin, ke perpus, ngerjain tugas/PR, plus pulang bareng, Dan itu membuat Rasty dan teman-temannya semakin panas !

Tapi....
Serapi-rapinya tikus ngenyimpen bangkai, pasti akhirnya ketahuan juga. Dan itu sama halnya dengan Reno dan Mika. Serapi-rapinya mereka menyusun rencana, tetapi yang namanya kejadian yang tak terduga dan tak bisa disangka-sangka, bisa datang kapan aja.
Hari itu, Reno harus latihan basket sepulang sekolah, karena pertandingan basket sebentar lagi akan dilaksanakan. Dan mendadak ketua Teater juga memerintahkan seluruh pengurus ekskul teater berkumpul diaula, sepulang sekolah karena akan ada rapat untuk membahas lomba teater bulan depan. Hal itu diumumkan lewat pengeras suara yang ada di depan kantor guru.  Dan Mika yang menjabat sebagai sekretaris 1 itu, pasti dan jelanya harus hadir dalam rapat itu.
Begitu bel pulang sekolah berbunyi. Mika langsung diantar Reno ke aula. Dan sayangnya, Reno hanya bisa mengantar, dan tidak bisa menunggu apa lagi menemani Mika. Ketika Reno pergi, rasa takut pun mengahmpiri Mika. Firasat buruk pun datang, ketika mIka melihat saah satu teman Rasty yaitu Gita. Gita memang anggota teater, tapi dia tidak masuk dalam daftar pengurus ekskul teater. Mika berpikir kalo itu adalah kerjaan Rasty. Mungkin Rasty sengaja menyuruh Gita untuk ikut rapat dan memata-matainya.
Dan setelah rapat selama 25 menit, Dana sebagai ketua ekskul memberi waktu sepuluh menit buat kita istirahat. Dan saat itu Gita tiba-tiba ngilang gitu aja. Dan tiba-tiba waktu Mika ingin keluar dan membeli minum ke kantin, Gita langsung mendekat dan dia menarik Mika keluar aula. Ternyata diluar Rasty, Avi dan Sabrina udah berdiri layaknya rentiner mau nagih utang.
“Ehh, kita mau ngomong ama lo, Mik.”
“Heh ?? Mau ngomong apa? Aku punya utang ama kalian ?” tanya Mika.
“Nggak usah bercanda deh.” Jawab Rasty dengan kesa.
“Iya, bener tuh, nggak usah sok BLOON deh !” sahut Avi yang muncul dari belakang Rasty.
“Hmm, emang kalian mau ngomong apa.?”
“Nggak bisa disini.”
“Hmm, ngomong aja deh, nggak usah sok secret Nona nona kurang kerjaan.”
“Kita bilang, nggak bisa disini, bego !” sahut Gita.
 “Terus mau kita bawa ke mana nih, cecunguk satu ini.”  Tanya Avi
“Kita bawa ke rumah Sabrina aja.”
“Oke, lagi pula, sepi kok rumah gue.”

Mika ingin menolak, tapi Rasty keburu narik dia dan nyeret dia masuk ke dalam mobil.

“Ehh, apa-apaan sih. Kalo mau ngomong, ngomong aja. Nggak usah kayak gini dong caranya.”
“Udahlah, ikutin aja, apa yang kita mau lakuin ama kamu.”
“Loh.....” kata-kata Mika terpotong karena Gita udah keburu ngelakban mulut Mika.
 “Loh apa ? Sekarang lo nggak bisa teriak atau pun minta tolong lagi Nyonya Reno Adiwiyata Darmawan.”
“Emmm... emmmm.. emmm,” Hanya itu suara yang bisa dikeluarkan oleh Mika.
Sesampainya dirumah Sabrina.
“Sekarang elo harus jujur sama kita-kita.” Kata Sabrina
“Iya, elo harus jujur. Dan yang harus kamu tahu Mika, nggak selamanya elo bisa kabur dari kita.” Kata Avi sambil mendongakkan dagu Mika ke atas.
“Haha, bener banget. Emang mau sampe kapan elo sembunyi terus didalam dekapan Reno. Hah !!” sahut Rasty si ketua geng.
Akhirnya lakban yang bersarang di mulut Mika dilepaskan. Dan Mika didudukan dikursi teras belakang rumah Sabrina.
“Apa sih mau kalian?! Hah !! Kalian marah? Cemburu? Atau ngerasa tersaingi ama aku?” tanya Mika yang mulai kesal dengan perlakuan Rasty dan teman-temannya.
“Haahh !! Tersaingi ? Nggak salah lo.”
“Terus maksud kalian apa kayak gini?”
“Kita Cuma pengen nanya doang kok ama elo.”
“Emangnya kalian mau nanya apa ama aku ?
“Simple aja kok, nggak usah ribet-ribet.”
“Iya apa ??”
“Ceritain ke kita apa yang sebenarnya terjadi antara elo ama Reno ? Plus jangan coba-coba elo bohong ama kita.”
“Buat apa aku harus bohong ama kalian. Nggak ada untungnya juga.”
“Baguslah. Ayo cepet ceritain!”
“Kamu kira, kamu itu siapa. Nyuruh-nyuruh aku seenaknya.”
“Ehh, elo nggak usah macem-macem ama kita.! Dan elo tau kan gue suka ama Reno dari awal dia masuk ke sekolah kita.”
“So... Itu sih urusanmu. Bukan urusanku.”
“Ihhh. !!” desis Rasty. Ia melotot sampai matanya hampir copot.
“Kurang ajar lo. Elo nggak tau, gue udah habis puluhan juta buat ngeadaian pesta gue. Dan itu Cuma buat Reno. Elo kira dekor pesta gue itu main-main, asal-asalan. Nggak bego !!.”
“Terus..???? Apa hubungannya ama aku?”
“Hubungannya ama elo. Elo udah ngehancurin semua rencana gue.”
“So, kamu mau minta ganti ama aku ?”
“Ha Ha Ha Haa.. Minta ganti ama elo??? Itu berarti gue harus mikir 1000 kali dulu. Mana mampu lo ngebayar itu semua. Baju yang kemarin elo pake aja, pasti Reno yang beliin.”
“Hahahaha” Rasty dan teman-temannya pun tertawa keras.
“Ouh iya... Terserah..” Mika hanya tersenyum tipis, karena dia senang kalo Rasty dan teman-temannya nggak tahu siapa dia yang sebenarnya,
“Dan kita yakin kok, elo ama Reno nggak ada apa-apa. Dan itu semua Cuma rekayasa doang.”
“Hahaha” Mika tertawa untuk menyembunyikan rasa kagetnya. “Nggak ada rekayasa apa pun kok.”
“Pasti, nggak mungkin nggak ada. Dan cowok kayak Reno nggak mungkin suka ama cewek kayak elo.”
“Oh, kalian optimis banget. Coba kalian pikir, kalo perlu bayangin aja. Kalo ama aku aja dia nggak mau, apalagi ama kamu, kamu, kamu, dan kamu !” bentak Mika sambil menunjuk mereka satu persatu.
Rasty, Avi, Gita dan Sabrina pun seolah tersentak dengan kata-kata Mika barusan.
“Hmm, bukannya kamu yang naksir Reno duluan??”
“Hah, enak aja. Emang aku cewek apa’an.”
“Kali aja elo paksa.”
“Ehh, pikir aja. Aku yang sekecil ini mau maksa Reno yang badannya tinggu terus gede itu. Bisa koit aku ama dia.”
“Tapi kan yang namanya maksa bukan berarti harus main fisik. Bisa aja pake cara lain.”
“Up to you deh.”
“Atau nggak, elo hipnotis dia. Atau elo mandi kembang. Bisa jadi kan?”
“Sembarangan kamu. Kalo pun iya, ngapain cuma Reno yang ku incer. Mending sekalian Ricky Harun, atau Justin Bieber kalo ntar dia konser di Jakarta.”
“Emang, Reno bilang, kenapa dia suka ama elo.”
Pertanyaan bertubi-tubi mengahmpiri Mika.
“Iya lah. Yang pertama, karena aku manis. Kedua karena aku mungil. Ketiga, karena aku nggak kecentilan kayak kalian. Dan yang keempat, alasan yang bener-bener akan buat kalian shock.”
“Apa itu ?”
“Karena dia sayang sama aku.”
“Hah.” Semua terpengarah karena dengar alasan keempat yang disebutkan Mika.
“Terus elo terima gitu aja.”
“Meskipun aku tolak. Dia tetep mau nunggu kok. Nunggu sampe aku mau nerima dia.”
Karena omongan Mika, Rasty jadi naik pitam.
“BOHONG ! Nggak mungkin ! Elo pasti bohong !” Rasty pun menyeruak maju mengahampiri Mika.
“Udah deh, mending kalian cari yang lain aja. Ngggak usah Reno.”
“Apa ?? Elo itu bener-bener kurang aja ya.” Rasty pun mendorong Mika. Dan Mika pun langsung membalasnya. Mika mendorong Rasty dengan kuat
“Ehh, nggak usah gini dong. Kalian mau nanya atau mau ngajak kelahi?”
“Udah udah.” Avi pun langsung melerai mereka berdua. Karena kalo mereka tidak dilerai, mereka akan bentrok fisik. Dan nanti kabarnya bisa nyebar ke mana-mana. Dan kan Avi dan teman-temannya bakalan malu.

<<>> 

Di tempat lain, Reno juga tidak bisa konsentrasi latihan basket. Dia takut kalo nanti terjadi apa-apa ama Mika. Lemparan bolanya, tak ada satu pun yang masuk ke ring. Bayangan Mika selalu terlihat.
“Woi Bro, kenapa lo?” tanya salah satu seorang temen Reno yang bernama Aidan.
“Nggak papa kok.” Jawab Reno
“Kenapa? Mikirin cewek lo?”
“Ehh..??”
“Iya, gue nanya, elo lagi mikirin cewek lo? Siapa namanya tuh,, Mika kalo nggak salah.”
“Iya ehh, aku takut ntar dia diapa-apain lagi ama Rasty dan teman-temannya itu.”
“Iya juga sih. Elo sih punya tampang bagus amat, kan jadi banyak fans-fansnya. Kayak sapa tuh. Justin Bibir??”
“Hahaha, Justin Bieber maksud lo Dan.”
“Yo’i, itu maksud gue.”
“Tapi beneran gue kahwatir banget ama dia.”
“Iya udah, bentar lagi kita kelar kan latihannya.”
“Iya juga sih, iya udah lanjutin lagi yok.”
Dan begitu latihannya kelar. Reno pun langsung pergi ke aula yang lumayan jauh dari tempat dia latihan.
Cepat-cepat dia memeriksa semua ruangan satu persatu. Tapi kenyataannya, Mika nggak ada di mana-mana. Baru selesei memeriksa setengah sekolah, kaki Reno sudah serasa mau patah. Dan kebetulan dia bertemu dengan mang ujang, tukang kebun sekolah.
“Mang, mang ujang.. Liat Mika nggak ?” tanya Reno dengan nafas terengah-engah.
“Wahh, tadi sih, kayaknya dibawa non Rasty ama teman-temannya masuk ke dalam mobil.”
“Hmm, mang ujang tahu mereka ke mana.”
“Wahh, mang ujang kurang tahu atuh den. Kayaknya mau dibawa ke rumah salah satu dari mereka yang deket sini. Kalo nggak salah namanya Sa.. sa.. saprina kayaknya.”
“Hah, nggak salah mang? Sabrina kali?” Tebak Reno.
“Iya, maksud mang ujang itu.”
“Iya udah, makasih ya mang. Shit !!” Desis Reno. Dengan terburu-buru Reno pun langsung pergi ke parkiran untuk mengambil mobil dan langsung menuju rumah Sabrina.
Dan sesampainya dia di rumah Sabrina, tanpa permisi lagi, dia pun langsung membuka pintu rumah Sabrina dan menerobos masuk dengan langkah terburu-buru. dia melihat Mika sedang dikerubungi oleh-oleh cewek-cewek centil itu. Dengan hadirnya Reno disitu, cewek-cewek centil itu langsung terdiam, semua wajah tertunduk takut, karena mereka menyangka Reno akan sangat marah. Dan ternyata dugaan mereka benar. Reno yang wajahnya telah memerah padam itu langsung, menarik tangan Mika, dan membawa Mika keluar.
“Kamu nggak papa kan Mik.” Dengan cemas Reno pun bertanya pada Mika.
Mika pun tak menjawab, dia hanya memasang wajah cemberut berat. Mungkin dia marah, emosi, jengkel, dongkol, sakit hati karena dituduh macam-macam.
Karena itu, Reno pun merasa sangat bersalah karena udah ninggalin Mika. Reno pun tidak bertanya lagi kepada Mika. Dia pun langsung memeluk Mika dengan sangat erat dan berkata lirih ditelinga Mika, “Mik, maafin aku.”

“Dan elo, elo, elo dan elo. Sampe terjadi apa-apa lagi ama Mika, atau elo semua berani nyentuh dia, walaupun seujung rambutnya aja, elo semua bakalan berurusanan langsung ama gue !”
Dan setelah itu, Reno dan Mika pun langsung pergi, tanpa menghiraukan kata-kata yang terucap dari Rasty.

Sejak peristiwa itu, Reno pun langsung overprotective terhadap Mika. Tak ada satu spasi pun mengahalangi mereka. Ya bisa dibilang bagai amplop ama perangko. Ke mana-mana selalu berdua. Dan seandainya jadwal ekskul mereka sama atau bertabrakan, salah satu dari mereka akan mengalah.
Sejuta tuduhan, hinaan, dan caci maik pun terlontar dari mulut-mulut kaum hawa disekolahnya, ada yang bilang Reno kena peletlah, begolah, butalah, kataraklah, dan masih banyak lagi !!
Dan paling buat Mika bener-bener seperti gas yang mau meledak, ketika sahabatnya bilang kalo ada anak cewek di kelasnya yang bilang :
“Yee, si Mika mah enak ketiban duren, ehh.. si Renonya, emang sih ketiban apel, tapi apel busuk”
Jahat banget kan mereka.
Dan pada hari minggu, Reno pun datang ke rumah Mika.
“Hai Elen, ada Mika?”
“Hmm, ada Tuan. Bentar yaa.”

“Nona Muda. Ada Tuan Reno di depan.”
“Ehh, Reno ? Ada apa ya dia datang kesini, Elen?”
“Wah, kalau itu saya kurang tau Nona.”
“Iya sudah kalau begitu.”
 “Iya Nona. Saya permisi dulu”
“Iya..”

“Kamu? Kenapa? Tumben ke sini? Emang kita ada janji mau pergi?”
“Nggak papa Mik. Kebetulan aku belum makan, gimana kalo kamu nemenin aku makan?”
“Hmm, gimana ya Ren.” Kata Mika sambil berpikir panjang.
“Emm, ku traktir  makan spaghetti deh.”
“Hmm, iya deh.” Mika pun langsung mengiyakan ajakan Reno, karena dia suka banget ama yang namanya spaghetti.
“Hmm, tapi yakin mau pergi makan pake piyama gitu ?” tanya Reno yang hanya tersenyum menahan ketawa.
“Oh iya, hehe.” Mika pun hanya tersenyum malu dan langsung pergi ke kamarnya untuk ganti baju.

Beberapa saat kemudian...
“Emang kita mau makan di mana Ren ?”
“Hmm, bentar lagi nyampek kok.”
“Hmm. Iya deh.”
“Ni dah nyampek.”
“Hmm, kok ke sini ?” Mika begitu heran ketika Reno memarkirkan mobilnya ke halaman sebuah Restoran dengan papan nama ReMi Resto”.
“Hmm, emang kenapa?” tanya Reno yang agak heran dengan pertanyaan Mika.
“Iya nggak papa, nanya aja.”
“Ayo masuk.”
Mika hanya mengangguk. Mereka pun masuk ke dalam Resto tersebut. Mika dan Reno duduk di meja tengah.
“Hmm, disini spaghettinya enak Mik, jadi aku ajak kamu ke sini.”
“Oh.” Mika pun hanya berOh saja.
“Kenapa nggak suka ya?”
“Ng.. nggak kok. Suka, suka banget.” Jawab Mika dengan terbata-bata, padahal dalam hatinya, Resto itu terlalu romantis untuk dia, apalgi hanya untuk makan spaghetti.
“Syukurlah, kalo suka. Tuh makanan dan minumannya dah dateng.”
“Ehh, iya iya.”
“Nggak usah nervous gitu kali Mik. Nyantai aja.”
“Hmm, iya.” Mika hanya tersenyum tipis. *Hmm, emang keliatan ya kalo aku nervous, Oh no... aku malu banget nih.* Desir Mika dalam hatinya.
“Ouh iya, kamu mau ayam bakarku nggak? Kalo mau, mau apanya nih?
“Hmm, mau kok. Aku mau kakinya aja, rasanya aku lagi pengen nendang orang nih.”
“Wess, nyantai non. Hahaha.”
“Ya abis, kamu nggak ngerasain sih rasanya jadi aku. Di tuduh inilah itulah, beginilah, begitulah. Huh.”
“Hmm, emang kamu ngerasain rasanya jadi aku??”
“Iya, nggak gitu juga Ren, tapi enak kamunya yang diomongin yang baik-baik, lah aku??”
“Iya deh. Maaf-maaf. Aku yang egois Mik, aku yang nggak mikirin kamu. Aku juga nggak nyangka kamu bakal digotong ke rumahnya tuh nenek lampir”
“Haahaha,” Mika pun spontan tertawa. “Nenek lampir? Maksudmu Sabrina?”
“Hahah, tuh tau.”
“Haha, iyalah, kan keliatan dari mukanya yang selalu pucat kalo tanpa make up.”
“BETUL ITU.”
“Ouh iya Ren, masalah itu gimana?”
“Masalah yang mana?”
“Yang..... tentang..... Hmmm, itu loh.”
“Apa’an sih?”
“Yaaaa tentang itu....”
“Ouh, maksudmu tentang siapa yang dulu ada felling di antara kita?”
“iya itu maksudku.”
“Iya aku aja, kan aku cowok.”
“Gitu ya??” kata Mika sambil menarik nafas lega.
“Hmm, terus kalo mereka nanya kamu nyatainnya gimana? Hayo ??”
“Hmm, nggak tau. Kamu maunya gimana?”
“Hmm, mauku sih nggak ada pernyataan.” Jawab Mika yang tiba-tiba jadi jutek.
“Oke oke, sorry deh. Itu biar aku yang ngurus.”
“Iya.”
 Setelah dua jam duduk makan di Resto itu, Reno pun merasa kenyang. Tapi tidak untuk Mika. Didalam hatinya dia berdesir,“Kayaknya aku harus ke rumah sakit nih, atau ke spesialis jantung, kali aja ada jantung nganggur disana. Soalnya jantung ku bentar lagi kayaknya mau putus deh, mungkin karena selalu sering berdetak lebih kencang melewati batas normal kali ya.”

<<>> 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar