Mika part 1*
2 minggu telah
berlalu...
Dan hari ini,
adalah hari pertama gadis itu masuk sekolah setelah libur panjangnya.
“Mika..”
Gadis itu pun
langsung menoleh ketika ada seseorang yang memanggil namanya.
“Davina, kamu buat
aku jadi kaget aja”
“Hehehe, kaget ya
??”
“Iyalah..”
“Iya iya, maaf nona
cantik. Haha.”
“Tiada maaf bagimu
nona jelek.. Weekkk..” Mika pun mengejek Davina dengan menjulurkan lidahnya
seperti anak kecil, sambil berlari ke koridor sekolah.
“Dasar nona
cantiiikkkk !!” Davina pun berlari mengejar Mika yang telah agak jauh
meninggalkannya.
Tapi tak disangka,
Mika yang telah lari duluan meninggalkan sahabatnya Davina, tidak sengaja
menabrak seorang cowok yang sedang berjalan dikoridor sekolah. Braakkkk !!
“Ehh, maaf maaf,
aku nggak sengaja. Beneran.” Dengan kaget Mika langsung minta maaf sama cowok
itu.
“Hmmm...” setelah
ber’hmmm, cowok itu langsung pergi dan meninggalkan Mika.
Saat cowok itu
pergi, Mika hanya terdiam dan dia merasa kesal dengan perlakuan cowok itu.
“Huh, dasar cowok
nggak tau sopan santun. Emang sih aku yang salah, tapi kan seenggaknya dia juga
minta maaf ke’.”
“Loh Mik, kamu
nggak papa ?” Tanya Davina yang sedari tadi berdiri didepannya.
“Eh, nggak papa kok
Vi, Cuma rada’ sebel aja sama tuh cowok.” Jawab Mika yang kaget melihat
sahabatnya sudah berada didepannya.
“Cowok yang mana ?
Yang tadi nabrak kamu itu?”
“Iyalah, nggak tau
sopan santun banget tau Vi.”
“Udah udah.. Yang
penting kamu nggak papa kan ?”
“Nggak kok Vi, tapi
bete aja ngeliatnya.”
“Iya udah, nggak
usah diliat. Masuk kelas yok..” ajak Davina, karena bel masuk kelas telah
berbunyi.
“Ayok ! Oh iya, tuh
cowok siapa ya??”
“Hayooo, penasaran
ya?.” Davina menggoda Mika.
“Bukan gitu. Aku
belum pernah aja ngeliat cowok itu disekolah ini.”
“Hmm, iya sih,
kayaknya dia murid baru deh”
“Oh...” Mika hanya
tersenyum tipis.
“Iya udah, aku
duluan masuk kelasku ya, nona cantik. Haha” sahut Davina yang telah sampai
duluan dikelasnya.
Davina dan Mika
memang tidak sekelas semenjak mereka naik ke kelas 2 ini. Karena sekolahnya
memiliki program rolling setiap semester kenaikan kelas.
Saat Mika sampai
dikelasnya, Mika tak melihat ada tanda-tanda teman sebangkunya hadir dikelas
itu. Biasanya Mika duduk sebangku sama Ricky, tetapi nggak untuk hari ini.
5 menit setelah bel
masuk kelas berbunyi. Terdapat langkah kaki dan hentakan sepatu hak tinggi
mengarah ke kelas Mika. Murid-murid yang tadinya berserakan, menjadi rapi
katika seorang wanita berumur 30 tahunan masuk kedalam kelas dan memberi salam.
“Pagi anak-anak..”
“Pagi Bu..”
“Pagi ini, Ibu
hadir dikelas ini tidak sendirian. Ibu membawa seorang murid baru pindahan dari
Bandung. Ayo masuk, perkenalkan dirimu.”
Saat murid baru itu
masuk kelas..
Hentakan sepatu,
dan tatapan dingin itu pun mengiringi sosok seorang cowok itu masuk ke dalam
kelas. Semua mata menatap terkesima. Sosok itu berdiri seperti magnet yang
memiliki 2 kutub yang sangat kuat. Kehadirannya memukau, dengan segala pesona
yang ada pada dirinya. Tinggi, badan sispek, cool, dan wajahnya yang
memancarkan keangkuhan didalam dirinya.
“Nama saya Reno
Adiwiyata Darmawan. Biasa dipanggil Reno.” Ucap cowok itu dengan tatapan dingin
dan dia juga sama sekali tidak tersenyum serta tidak sedikitpun melirik kaum
adam dan hawa yang ada dikelas itu.
“Gilla !! Namanya
keren banget, pasti tajir deh !” kata Rasty pelan. Cewek yang duduk di
bangku ke-3 barisan ke 2.
“Alllaaaaa... gitu
aja dibilang keren!” sahut seorang cowok yang duduk dibelakang Rasty.
Rasty pun menoleh,
dan wajahnya menjadi bringas.
“Enak aja.. Dari
pada kamu ! Jauh-jauh pindah dari kampung ke Jakarta, eh waktu lahir namanya
tetep aja Odin Saparudin! Haha.”
Odin, yang karena
perkembangan zaman dan teknologi,, sekarang dipanggil dengan nama Dino.
“Sudah sudah !!”
potong Bu Khalimah.
“Silahkan Reno,
kamu cari tempat duduk.” Bu khalimah mempersilahkan Reno.
Reno hanya
mengangguk, lalu ia melihat sekeliling. Cewek-cewek langsung sibuk overacting.
Mereka mencoba menarik perhatian seorang sosok Reno, agar Reno duduk nggak jauh
dari mereka.
Tapi pilihan Reno
jatuh pada sesosok wajah yang sejak awal tadi, telah menarik perhatiaannya.
Wajah yang dari tadi tidak peduli dengan kehadirannya di kelas. Bukan pura-pura
tidak tahu, atau pura-pura tidak peduli, tapi sesosok wajah itu, benar-benar
tidak terpengaruh dengan kehadirannya dikelas itu. Sesosok wajah itu
benar-benar berbeda dengan wajah-wajah yang lain.
Akhirnya Reno
menempatkan tubuhnya pada bangku itu, Reno duduk disebelah seseorang yang
memiliki sesosok wajah yang membuat dia penasaran.
Reno menatap
sesosok wajah yang berada disebelahnya itu. Tapi sesosok wajah itu tidak
sedikit pun menoleh ke arah Reno. Reno makin penasaran dengan sesosok wajah
itu. Dan akhirnya....
“Haii..” sapa Reno
dengan suara sapaan yang tak biasa atau yang lebih tepatnya dapat dibilang
sebuah bentakan pelan. Sesosok itu tak juga menoleh.
“Boleh duduk
disini?” tanya Reno
“Boleh.” Jawab
singkat, sesosok itu.
“Kamu tuli atau
gagu sih ?” tanya Reno tanpa beban.
“Apa ??!”
Sesosok itu menoleh
kaget, dan dengan spontan sesosok itu sadar..
“KAMU !!”
“Iya.”
“Kamu yang tadi
nabrak aku dikoridor sekolah kan ?”
“Aku ?!”
“Iya ! Sekaligus
cowok yang nggak punya sopan santun !”
“Hmm.” Cowok itu
hanya ber’hmmm.
“Ternyata kamu
nyebelin banget ya ! Bener-bener nggak punya sopan santun !! Huh.” Sahut Mika
dengan memalingkan wajahnya, karena dia sudah terlanjur jengkel pada cowok itu.
Ternyata sesosok
yang duduk disebelah Reno adalah Mika. Cewek yang tadi pagi dengan nggak
sengaja tabrakan dengan Reno.
<<>>
Bel tanda pelajaran berakhir
berbunyi. Mika pun langsung menyaut tasnya dan pergi meninggalkan Reno.
“Nona cantik ..”
Davina memanggil Mika, dengan panggilan khasnya.
“Ehh, kenapa Nona
jelek ?” sahut Mika dengan malas.
“Loh, kok nanya
kenapa sih ? atau nggak mau pulang bareng aku ?” Tanya Davina dengan wajah yang
mulai masam.
“Eh, nggak gitu.
Hehe, sorry sorry tadi aku lagi nggak ngeh Nona jelek.”
“Kamu kenapa sih ?”
tanya Davina dengan wajah yang penasaran.
“Kenapa apanya Vi?”
“Kebisaan deh,
ditanya malah balik nanya.”
“Hehe.. Lagi bete
nih.” Jelas Mika dengan merundukkan wajahnya.
“Bete kenapa, Nona
cantik yang baik hati, rajin menabung, tidak sombong, suka menolong, hobby
shoping, hobby makan dan sangat-sangat pemalas. Hahaha.”
“Beh beh beh, nggak
kurang panjang tuh ?? Heheh.”
Davina pun hanya
nyengir-nyengir ajah.
“Masih inget nggak,
cowok yang tadi pagi tabrakan sama aku dikoridor sekolah ??”
“Yang mana ?”
“Cowok yang tadi
pagi pake earphone, yang ku tabrak, terus yang ku bilangin, cowok nggak tau
sopan santun ? Ingat nggak ??.”
“Oh iya iyaa, aku
ingat. Terus terus kenapa sama dia ?”
“Dia tuh murid
baru, pindahan dari Bandung, namanya Reno”
“Terusss.... apa
hubungannya dia sama kita, Mik ??”
“Hubungannya itu
sama aku Nona jelek dudul... Dia itu duduk disampingku. Padahal masih banyak
banget bangku yang kosong Vi.”
“Loh, Ricky nggak
masuk?”
“Nggak Vi. Dan kamu
tau gimana reaksi cewek-cewek dikelas ?”
“Wahh, kayaknya aku
tau, kalo cowok sekeren dia.... udah deh nggak usah diceritain. Merinding nih
jadinya. Dan hati-hati loh ya, mereka itu kayak Harimau, jangan sampe
mereka merobek-robek baju mu. Hahaha”
“Gi.. gi.. gila !!
Em..mang sampe segitunya ya ??” tanya Mika dengan gagap.
“Iya tergantung
sih, hehehe..” jawab Davina singkat.
“Iya udahlah, kita
pulang yuk.” Mika mengajak Davina pulang, karena ia nggak mau lagi ngebahas
lebih lama lagi tentang masalah itu.
“Ayo.. Tapi panas
banget nih, kita pulang naik apa ?” Tanya Davina.
“Kamu nanya atau
ngejek Vi ?? Tanya Mika sambil menoleh sinis ke Davina.
“Iya-iya, ampun
Nona cantik.. Hehe..”
Mika telah berjanji
pada Davina untuk naik bus bersama, baik itu pergi atau berangkat ke sekolah
mulai dari hari itu. Mika yang merupakan anak orang kaya, yangi selalu pulang
pergi sekolah naik mobil bersama supirnya, jelas terlihat nyaris kebingungan
karena nggak tahu menahu soal jalur bus dari sekolah ke rumahnya atau dari
rumah ke sekolahnya.
“Terus, kita mau
naik bus apa ?” Tanya Mika dengan wajah bingung seperti anak TK yang baru
pertama kali naik bus.
“Hahaha, Nona
cantik Nona cantik.. Tenang aja kan ada Davina. Mukanya nggak usah gitu juga
kali. Hehe” Ejek Davina.
Mika pun hanya
tersenyum tipis dan benar-benar sangat malu didepan sahabatnya itu.
“Tapi yakin kan
kamu tahu Vi ?” Tanya Mika, untuk meyakinkan Davina.
“Iya, yakin lah
Mika Putri Septiana Angreini Pratama anak dari Ibu Nadia Pratama dan Bapak
Kevin Hartanto Pratama.” Jawab Davina dengan menyebutkan nama lengkap Mika,
beserta nama orang tuanya, yang panjangnya kayak rel kereta api
Surabaya-Jakarta
.
Mereka berdua pun
tertawa.
Setelah itu, mereka
pulang dengan selamat sampai rumah mereka masing-masing.
<<>>
Sesampai di rumah,
Mika pun langsung menuju kamarnya dengan langkah yang lemas. Ya maklumlah, hari
itu adalah hari pertamanya pulang sekolah dengan naik bus.
Dia membuka pintu
kamarnya dengan tangan yang tak berdaya, dia berjalan menuju kasur tempat
tidurnya. Dia hempaskan seluruh tubuhnya ke kasur itu. Dia menatap
langit-langit kamarnya yang indah karena terhiasi oleh potongan-potongan kertas
warna-warni berbentuk bintang. Dia memejamkan matanya dengan perlahan, dan
akhirnya ia tertidur pulas. Wajah yang lucu dan manis itu terlihat sangat indah
ketika sedang tidur.
Tak terasa matahari
pun telah meninggalkan langitnya yang cerah. Langit Hitam pun datang untuk
mengusir langit senja.
Mika pun terbangun
dari tidurnya. Dengan wajah setengah sadar dan mata setengah terbuka, Mika
melangkahkan kakinya pergi ke kamar mandi. Lalu, Mika mencuci mukanya dan
sekaligus mandi.
Setelah mandi, Mika
keluar dari kamarnya. Jam telah menunjukkan pukul 7. Dan itu bertanda bahwa
makanan telah menunggu Mika turun ke meja makan. Di rumah itu, Mika hanya
tinggal bersama adik perempuan Bundanya dan 1 pembantunya. Dari anak tangga
itu, Mika hanya mendengar suara Bi Kasman dan Tante Eva saja. Maklum, Bunda
Mika adalah seorang designer yang cukup terkenal di Indonesia maupun
Internasional. Dan beliau jarang sekali pulang ke Jakarta.
Sesekali beliau
pernah kembali ke Jakarta, tapi hanya untuk mengurus urusan bisnisnya, bahkan
beliau pernah melupakan untuk menjenguk anaknya sendiri.
Tetapi untungnya
Mika telah terbiasa hidup seperti itu. Kadang malah iya hanya sendirian,
apabila tantenya pulang ke rumahnya dan pembantunya juga ikut pulang kampung.
Mika pun turun dan
melangkah menuju meja makan. Hanya suasana hening dan tatapan dingin itulah
yang menemani makan malam Mika.
Dan sesaat kemudian
...
“Mika..” suara
pelan itu mengagetkan Mika yang tengah mengalir dalam lamunan.
“Eh, iya.. Kenapa
tante ?” sahut Mika dengan wajah setengah kaget.
“Nggak papa. Tante
cuma mau nanya, gimana hari pertama sekolahmu setelah liburan?”
“Biasa aja kok
Tante.” Jawab Mika dengan singkat.
“Iya udah Tante,
Mika duluan ke kamar ya..” Mika yang tampak sangat lelah itu pun meninggalkan
meja makan terlebih dahulu.
Mika hanya diam
dikamar. Dia duduk termenung diatas kasurnya dengan memeluk boneka panda
kesayangannya. Kebetulan juga, kamar Mika berada dilantai atas, dan dinding
kamar Mika terbuat dari Kaca, dan jika malam, Mika dapat leluasa melihat langit
yang luas dengan penuh bintang dengan hanya membuka tirai kamarnya.
Tak terasa jam
dinding yang amat besar itu pun telah berdentang sebanyak 10 kali. Dan Mika
yang masih duduk termenung itu pun mulai beranjak dari tempat tidurnya. Dia
berdiri didepan sebuah cermin yang memantulkan bayangan seluruh tubuhnya
lengkap dengan lekukannya.
Dia hanya berdiri
dengan wajah bingung. Dia masih tak mengerti. Masih sama sekali tak tau maksud
cowok itu apa. Reno itu keren, tampang sih,,, Oke! Iya walaupun agak nyebelin,
mungkin memang beneran nyebelin. Tapi anehnya, kenapa dia milih duduk sama aku
?? Why?!
Dia udah nggak
waras? Iseng? Atau matanya kena katarak?
Aneh kan? Gila
nggak tuh? Nggak bisa dipercaya banget.
Maka dari itu,
semalaman suntuk Mika nggak bisa tidur nyenyak. Karena setiap ia memejamkan
matanya, wajah Reno selalu muncul. Pertanyaan-pertanyaan itu selalu terdengar
ditelinga Mika. Dan dia juga takut, kalau itu cuma mimpi.
Dan ketika keesokan
harinya..
Hari itu adalah
hari pertama dalam hidup Mika, karena dia dikalahkan oleh jam weker
Doraemonnya, dengan kata lain kalau ia telat bangun. Mika langsung beranjak
dari tempat tidurnya. Ia cepat-cepat mandi, ganti baju dan mempersiapkan
buku-buku sekolahnya. Saat itu Mika nggak sengaja ngejatuhin buku-bukunya, dan
itu membuat suara gaduh yang membangunkan Tantenya.
Tante Eva yang
mendengar suara itu, langsung pergi menuju ke kamar Mika.
“Huh! Jam berapa
sih ini? Kok udah ribut-ribut Mika?”
“Ehh, anu...”
“Anu apa? Jam
berapa ini?” Tanya Tnte dengan kesal.
“Jam setengah enam,
Tan.”
“Apa?! Baru jam
setengah enam kamu udah gubrak gubruk buku?”
“Hmmm, anu Tante. Maaf.
Mika minta maaf udah buat Tante jadi terbangun.”
“Iya iya, nggak
papa. Tapi kamu mau ngapain berangkat jam segini? Mau nyuci bus sekolah dulu?
Atau mau nyapu lapangan?”
“Nggak Tan, hari
ini ada ulangan mendadak. Dan Mika belum belajar Tan Dan lagi pula dikelas Mika
kan ada murid baru Tan. Nah murid baru itu cowok, lumayan oke sih tampangnya
Tan, dan itu ngebuat para cewek-cewek dikelas Mika jadi overacting semua.”
Jelas Mika
“Terus..... apa
hubungannya sama kamu?”
“Nah hubungannya
Tan, cowok itu duduk disamping Mika. Dan Mika takut, ntar cewek-cewek itu pada
ngerebutin kursi Mika.”
“Ohh, iya udah.
Hati-hati. Berangkat sama sapa ?”
“Berangkat sama
Davina Tan. Kan Mika dah janji sama dia, bakal naik bus kalau pulang pergi
sekolah.”
“Iya udah,
berangkat sana.”
“Oke Tan. Mika
berangkat yaa. Sekali lagi sorry Tanteku yang cantik.”
Mika pun berangkat
dengan langkah kaki yang ceria.
<<>>
Mika pun sangat
kaget ketika dia sampai disekolahnya. Dia kira, dia akan memnjadi orang yang
pertama yang menginjakan kakinya disekolah. Tapi ternyata, boro-boro! Emang sih
diluarnya sepi, tapi didalamnya udah banyak mahluk-mahluk centil yang mengisi
kelas.
Dikelas Mika,
memang belum sedikit pun terlihat batang hidung para cowok-cowok. Tapi bunyi
gelang dan hak sepatu telah memenuhi ruangan kelas itu. Semua cewek dikelas
Mika udah lengkap banget ! Dan yang paling membuat Mika sangat merasa aneh,
pagi-pagi gini, bangkunya udah dijadikan rebutan oleh cewek-cewek dikelas.
Terpaksa deh, dia harus ngungsi terlebih dahulu.
Mika pun jadi
bengong, karena pagi ini dikelasnya terdapat banyak banget perubahan. Mika juga
semakin bingung, kenapa respon cewek-cewek dikelasnya begitu lebay !!
Ada yang rambutnya
kemarin lurus, jadi keriting. Yang keriting jadi lurus. Yang diblow lah, yang
dipakein bando lah. Macem-macem deh pokoknya.
Si Sabrina yang
tingginya Cuma beda 3 senti sama dia, pagi ini tingginya berubah. Dan saat Mika
mecari tahu, ternyata Sabrina memakai sepatu yang ada haknya !
Dan sekarang Bella
jadi serba ungu dan nggak jauh beda sama Mona yang juga ikut-ikutan jadi serba
biru. Dari mulai sepatu, kaos kaki, tas, anting, gelang, jam tangan, ikat
pinggang, kotak pensil, cincin, kalung dan bando pula.
Gita, Rossa, Melly
yang tadinya pake kaca mata, sekarang mereka berubah memakai contact lens.
Dan parahnya, si
Rasty dan Avi memakai eyeshadow dan lipgloss yang ada glitternya ! Gila nggak
tuh. Ini pada mau sekolah atau pada mau ke pesta sih. Mika hanya terdiam dan
keningnya mengkerut.
Tak berapa lam
kemudian, para cowok-cowok datang. Dan saat itu juga, wajah bingung menerka
mereka.
“Ceiiilllleee....
Pada mau ke mana nih? Mau sekolah atau mau ke pesta.” Kata Odin sambil
menggerakkan bola matanya kesegala arah.
“Hmm, mata Lo
kenapa ? Kok ada lampunya? Atau ada bintang-bintangnya? Tanya Adi sambil
mengejek Rasty yang memakai eyeshadow.
“Nggak usah rese’
deh Di!” jawab Rasty dengan jutek.
Dan kesimpulannya
pada pagi hari ini adalah......
Cuma Mika yang dari
ujung kaki sampai ujung rambutnya, sama sekali nggak memiliki perubahan. Dia
tetap imut dan manis tanpa balutan sedikit pun pada mukanya.
<<>>
Besoknya, Mika
tidak mau lagi datang pagi-pagi. Soalnya, kemarin Mang Iju, panjaga sekolah,
bilang ke dia, kalo sudah sejak pagi-pagi amat, kelasnya penuh oleh kaum-kaum
hawa. So, intinya, kalau kamu mau datang paling awal, ya nggak usah pulang.
Dengan kata lain kamu harus nginep disekolah.
Tapi Mika juga
sempat bingung, ketika dia datang ke kelasnya sesuai jadwalnya tiap pagi, yaitu
jam 7 kurang 15 menit. Kelasnya penuh dengan cewek dimana-mana.
Akhirnya dia
melangkahkan kakinya untuk pergi ke mejanya. Dan begitu sampai didepan mejanya,
Mika melihat Rasty dan Avi udah duduk dempet-dempetan ditempat duduknya. Dan di
tempat duduk Reno udah ada Evi yang juga duduk desak-desakan berdua Eta, anak
IPS yang kelasnya ada di gedung B. Di bangku Dion dan Yenny, 2 orang yang duduk
dibelakang Mika, juga udah penuh.
Yaa, like yesterday
! Semua bangku disekitar bangku Mika penuh dengan para cewek-cewek centil.
Membuat orang yang punya tempat duduk dongkol, sama seperti Mika. Yang harus
ngungsi terlebih dahulu, dan nunggu sampai cewek-cewek centil itu pergi atau
sampai bel masuk berbunyi.
Keesokkan
harinya...
Mika datang nyaris
saat bel berbunyi. Percuma saja kalau iya harus datang pagi, lagi pula dia Cuma
bisa nitip tas doang. Dan siapa pun cewek itu yang duduk dibangku Mika, nggak
bakal mau pergi kalau sebelum bel berbunyi. Selain itu, buat apa dia harus
kayak cewek-cewek centil itu, toh nanti dia juga yang bakalan duduk disamping
Reno dengan jarak terdekat, dari jam 7 sampai jam 3 siang. DELAPAN jam ! Hehe.
Selain itu, dua
hari duduk bareng cowok itu, Mika merasa aneh. Mika sadar kalau Reno sangat
sinis sama cewek. Sadis malah !! Reno itu selalu menatap orang dengan tatapan dingin.
Dia juga jarang ngomong, entah gagu, nervous atau emang dia verdarah dingin.
Haha ! Soalnya dari jam 7 sampai jam 3 sore Reno itu Cuma ngajak ngomong aku 1
kali, just ONE ! Dan itu Cuma nanya nama ku aja.
“Nama mu?” tanyanya
dengan tatapan sinis.
“Mi..mi. mika.”
Jawaban Mika sedikit agak terbata-bata. Karena takut dengan tatapan mata Reno.
“Mika ? Cuma itu?”
“Nggak, namaku Mika
Putri Septiana Angreini Pratama.” Mika menjawab dengan lengkap.
“Hmmm. Udah ?” alis
Reno bertaut.
“Udah. Kenapa ?
Kepanjangan?” tanya Mika dengan jutek.
“Nggak. Biasa aja.”
Just that!
Hari kedua dan
ketiga sama. Malah sama sekali nggak ada. Hari keempat, “Just ONE sentence”.
Itu pun dalam rangka pinjem pulpen.
Mika sering
dibilang adalah cewek yang peling beruntung 1 sekolah, karena Reno milih dia
untuk jadi temen sebangkunya. Tapi dia juga dibilang sok jual mahal, karena sok
cuek terhadap Reno, atau nggak mau ngajakn gobrol Reno.
Padahal bukan itu
yanag ada dipikiran Mika. Bukannya dia nggak mau ngajak ngobrol cowok sekeren
Reno. Tapi Reno kalau diajak ngobrol, jawabannya Cuma “Hmmm”, “iya”, “nggak”,
“mungkin?”, “masa?”, “nggak tau”, atau bahkan cuma “Oh” aja. Dan kadang mungkin
kalau dia lagi bete atau nggak mau ganggu, dia cuma bilang ....
“Ribut !!”
Ngeri banget kan?
Makanya Mika jadi
males mau ngajak dia ngobrol. Takut ntar malah dia kena bogem dari tanggannya
Reno.
Dan Mika pun
sedikit melirik ke cowok yang ada disebelahnya itu. Dan menggerutu dalam hati.
“Emangnya dia itu siapa? Christian Bautista? Petra Sihombing? Justin
Timberlake? Justin Bieber? Atau Bruno Mars? Hah!!!. Sok sok jaim, sok sok cool.
HUH !
Mika pun melangkah
menuju bangkunya. Tapi mata Mika spontan melotot dan kaget. Ternyata rasty dan
avi masih duduk sana, Dan terpaksa Mika harus melangkahkan kakinya menuju
bangku kosong yang nantinya akan jadi tempat pengungsiannya.
<<>>
Saat istirahat,
didepan kelas Ocil udah sibuk mencatat pesanan dari teman-temann sekelas,
seperti biasanya.. Ocil memang sudah 2 minggu absen dari kelas, karena dia
harus diopname karena penyakit maag’nya.
“Ocil, aye kagak
pake semur jengkol ye.” Kata Gito.
“Aye kagak pake
semur terong! Teriak Mamat dari belakang. ”Lagian nyak lo ade ade aja Cil,
maksa bener sih masa’ terong disemur? Nape kagak wortel aje sekalian.”
“Nah, entu yang
namanye inopatip Mat.”
Reno pun tertawa.
Semua mata tertegun menatapnya yang sedang berdiri di samping Mika. Mika pun
juga ikut mnatap wajah Reno. Fenomena pertama, ngeliat Reno yang biasanya
menatap dingin, sekarang tertawa.
“Emang siapa yang
jualan nasi uduk Mik?” tanya Reno dengan tiba-tiba. Mika pun terkaget.
“Ehh? Itu Nyaknya
Ocil.”
“Kamu mau Mik?
Tanya Reno.
“Eh, mau apa?”
Jawab Mika dengan wajah bingung
“Iya nasi uduklah!”
“Hmm, nggak. Udah
bosen. Kamu mau? Tapi mesennya harus pake bahasa betawi loh.”
“Loh, kenapa
emang?”
“Ocil itu orang
betawi asli. Jadi dia cuma ngelayani pemesan yang pake bahasa betawi. Untul
meredam arus globalisasi katanya, eh katanye. Hehe.” Jelas Mika
“Ouh gitu.” Jawab
Reno dengan singkat.
“Kamu pesennye ke
Inggris aje gih sono!” sahut Ocil.
“Nggak masalah.”
Balas Reno dengan enteng.
Mika pun kaget
dengan balasan yang dilontarkan Reno.
“Kamu kan belum
lama disini Ren.”
“Emang harus di
Jakarta dulu baru bisa bahasa betawi??”
“Nggak juga sih..”
Reno pun
membuktikan omongannya.
“Ade yang
sebungkusnye gopek kagak?” tanya Reno dengan suara nyaring.
Dan dengan spontan,
cewek-cewek pun langsung bengong semua.
“Ya ampun !” Mika
pun spontan menutup mulutnya, dan menahan ketawa.
“Ade.” Ocil
mengangguk.
“Allaaa... Kamu
Cil, mentang-mentang dia anak baru. Kemaren-kemaren kamu kagak ada ngasih!
Protes Mamat dari jauh.
“Sekarang ade.”
Jawab Ocil.
“Kalo gitu yang
gopekan aje dah.” Sahut Reno. “Emang menunye ape? Nasi doangan? Kagak ape-ape
sih, biar kate cuman nasi, tapi kalo nasi uduk sih enak-enak aje.”
“Sape bilang cuman
nasi doangan ?” kata Ocil. “Ade sayurnye juge.”
“Ah, iyang bener
kamu Cil ?” Mamat melotot. “Hari begini, jarang-jarang ada makanan iyang masih
muerh.”
“Iye. Sayur sisa
kemaren. Nasinye juge. Mangkenye khusus iyang gopek, entar aku liat dulu ade
ape kagak.”
“Jahat kamu Cil.
Nasi basi aje gopek.”
Semuanya tertawa,
termasuk Reno.
Bel masuk pun
berbunyi.
Dan kebetulan
guru-guru sedang meeting. Sehingga pelajaran jam terakhir dikosongkan. Mika dan
Reno pun menuju bangku mereka bersamaan
“Minggir !!”
Semua tersentak
kaget dan seketika semua menoleh ke sumber suara, begitu juga Mika. Semenjak
kedatangan Reno dikelas itu, seolaj olah bangku Reno menjadi daerah kekuasaan
Rasty. Disebelah Rasty, Avi pun tampak meruduk karena takut akibat bentakan
dari Reno.
“Kalian nggak
denger, aku bilang minggir?!” suara keras Reno kembali terdengar.
“Ma..maaf,
aa..ak..aku cuma numpang duduk aja kok Ren.” Jawab Avi dengan sedikit terbata.
“Kamu tahu kan, ini
bukan bangku kosong? Dan kalian kan bisa duduk ditempat laen ?!! Minggir.”
Avi yang dibentak
itu otomatis jadi beku ditempat. Dan itu malah membuat Reno semakin marah.
“CEPETTT PERGII !!”
Bentakan Reno memenuhi seluruh ruangan kelas.
“REN, kamu nggak
bisa kayak gitu dong ! Avi itu cewek. Bisa kan nggak kasar ama dia. Toh dia
udah minta maaf kan. Jangan cuma karena masalah kecil kayak gitu, terus kamu
bisa bentak-bentak orang seenaknya 1!” Spontan Mika pun membentak Reno.
Nggak tahu kenapa
Reno hanya diam.
“Iya udah, sana.”
Suara sinis Reno menjadi pelan.
Semua mata menatap
Mika. Semua tersentak kaget, karena Mika berani membentak Reno. Dan Mika pun
langsung meyaut tasnya dan keluar kelas, melangkahkan kainya menuju Perpustakaan.
“Huh, bego banget
sih aku, pasti dia marah banget ama aku, karena aku udah bentak dia. Dasar bego
bego bego..”
Gerutu Mika dalam
hati.
<<>>
Besoknya..
Saat Reno datang, Mika pun belum
datang.
Sebuah kotak kue penuh potongan
blackforest dengan sebutir ceri merah diatas setiap potongan kue tersebut. Tapi
ternyata itu tak sedikit pun mempengaruhi Reno.
“Ini punya siapa?” tanya Reno sambil
menatap satu satu gerombolan cewek-cewek disekitarnya.
Rasty yang disebelahnya, menjawab
pelan.
“Itu buat kamu Ren.”
Seketika tatapan dingin itu kembali
hadir. Dan saat itu juga Rasty pergi dari bangku itu, karena takut kena
bentakan Reno. Tapi baru aja Rasty mengangkat badannya, Reno telah mengeluarkan
bentakannya.
“Kamu denger ya, aaku bukan orang
yang kelaperan atau orang yang nggak mampu buat beli kue kayak gini. Jadi kmu
nggak usah bawa-bawa kayak gini atau semacamnya. Ngerti !!”
Saat itu juga, Mika datang, tapi Mika
sengaja untuk nggak masuk, dan dia juga sedikit takut, karena masalah kemarin.
“Nggak kok, itu juga kalo kamu mau,
kalao nggak ya nggak papa.” Jawab Rasty dengan terbata-bata.
“Oh, gitu. Kebetulan aku nggak suka.
Ambil cepet, aku mau makai meja ini.”
Rasty pun hanya terdiam, dan dengan
jengkel Reno pun mengambil kotak itu, dan membagikannya pada cowok-cowok yang
duduk tak jauh dari situ.
“Kali pada mau nggak ?”
“Hahaha, jelas mau lah Ren.”
Kotak itu berpindah
dari tangan reno ke gerobolan cowo-cowok itu. Dengan rakus mereka melahap kue
itu tanpa sisa.
“Enak gila...”
Sahut Mamat yang lagi ngejilatin tangganya yang penuh dengan krim kue. Satu
isyarat yang diberikan oleh Reno padanya, dan dia tahu apa balasan yang sesuai
untuk kue yang barusan dia makan.
Mamat, menghampiro
Rasty dengan kotak kosong ditangannya.
“Enak banget Ras.
Kamu buat sendiri? Ato beli? Kalo kamu buat sendiri, aku salut deh.” Entah
Mamat itu memuji atau sedang merayu Rasty.
Dan seketika..
Ocil datang sambil
berjoget-joget karena ia sangat senang musuh bebuyutannya dipermalukan kayak
gitu.
“Untung bukan kamu
Ren yang makan. Ketahuan dehn ade peletnya. Tuh buktinye Mamat aje sampe
tergile-gile dan jatuh cinte.”
“Diem kamu, katro!”
bentak Rasty, dan itu membuat seluru kelas tertawa.
Dan Rasty pun
langsung pergi. Reno pun sama sekali tidak menghiraukan kejadian tadi.
Mika pun masuk
kelas, semua yang tadinya tertawa menjadi diam. Sepasang mata Reno pun langsung
mengarah padanya. Mika pun melangkahkan kakinya menuju bangku Roni.
“Ng.. aku duduk
sini ya Ron?” pintanya dengan wajah memelas.
“Loh kenape?” Sahut
Ocil.
“Ng.... aku takut
ntar dia marah ama aku karena kemarin aku bentak dia. Sehariii aja, please !!”
wajah Mika semakin memelas.
“Tapi kan ini
tempatnya cowok-cowok Mik.”
“Kayaknya dia juga
nggak papa kok ama kamu.”
“Iye,” Sahut Ocil
dengan menganggukkan kepalanya.
“Hmm....”
“Iya udah, sini ku
antarin aj deh.” Kata Ocil.
“Yaaahhhh Ocil.”
Wajah Mika sangat sangat memelas.
Sampai dibangku
Mika.
Ocil pun
membisikkan satu kalimat.
“Ati-ati, jangan
duduk membelakangi Reno, ntar bisa-bisa kamu dicekik dari belakang. Haha.”
“Jangan
nakut-nakutin gitu nah Cil,” Mika melotot karena kesal.
Ocil pun tertawa...
Roni pun berbisik
pada Reno.
“Mika ketakutan tuh
gara-gara masalah kemarin. Ampe-ampe dia nekat mau duduk dibelakang, di bangku
ku malah.”
“Oh ya?” Mata Reno
seketika melirik Mika yang sedang sibuk dengan buku-bukunya. Dan ketika mereka
saling berpandangan, Mika langsung mengalihkan wajahnya. Reno hanya tersenyum
tipis.
Hari ini sama kayak
kemarin, ada 2 jam kosong. Maka dari itu, Mika membawa bekal sekotak kue Donat
kesukaannya dan sebotol aqua. Diletakkannya diatas meja, disusul dengan Novel
“Winter in Tokyo”. Novel yang cukup terkenal terdiri dari 4 novel dengan judul
yang unik yaitu dengan nama-nama musim yang ada di Eropa. Dengan tak sabar Mika
ingin menyelesaikan membaca novel tersebut. Tapi kesibukannya lagsung terhenti
karena di melihat Reno memperhatikan kotak kuenya yang berisi donat.
“Ngng... itu Cuma
buat aku aja kok, dan aku juga nggak ada maksud buat nawarin kamu kok Ren.”
Kata mika dengan terburu-buru, takut kalo ntar Reno mengira dia mau overacting
kayak Rasty tadi.
Reno menahan
ketawa, apalagi begitu dia melihat gadis itu mengahabiskan donatnya, tampa sama
sekali menawari dia. Melihat gadis itu, Reno langsung memperhatikan sikap dan
gerak-gerik gadis itu. Dan mendadak muncul 1 rencana dikepala Reno.
<<>>
Sejak kejadian itu,
cewek cewek jadi pada ngeri kalau mau overacting didepan Reno, kecuali
cewek-cewek yang masa’ bodoh dan pantang menyerah. Contohnya Avi dan Rasty.
“Sekasar-kasarnya
cowok, kalo kitanya sabar, cowok itu pasti akan luluh juga.” Begitulah Avi
punya teori.
Avi pun langsung
melangkah menuju bangku Reno. Mika hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala saja.
Mika keluar kelas, dari pada harus menyaksikan Reno membentak-bentak Avi. Dan
Mika menuju koperasi. Saat Mika menuju koperasi.. Mika melihat sahabatnya
Davina sedang buru-buru turun dari angkot.
“Loh Vi, tumben
telat.”
“Iya nih Mik,
abisnya tadi malem banyak tamu di rumahku, jadi baru bisa bungkusin jam 10an.
Iya seleseinya jam 1 an lah.” Jawab Davina, yang sedang membawa kantong plastik
yang besar. Dan Mika langsung berlari menuju Davina, dan membantu sahabatnya
itu membawa kantong plastik.
“Terus kenapa kamu
nggak nelepon aku, aku kan bisa ke rumahmu, dan kita bisa bareng ke sekolah.”
Tanya Mika dengan suara pelan.
“Iya deh, maaf
maaf. Aku nggak kepikiran.” Jawab Davina.
“Iya udah nggak
papa. Langsung ke koperasi nih?”
“Iya..”
“Iya udah, bareng
deh.“
“Loh kamu nggak ke
kelas Mik? Udah lewat jam masuk kelas loh?” Davina menatap bingung pada Mika.
Mika pun menghela
napas.
“Nggak Vi, ntar
aja. Ngeri aku kalo didalam kelas.”
“Emang kenapa ?”
“Biasa, Reno.”
“Kenapa lagi dia?
Emang, kali ini siapa yang jadi korbannya?”
“Hmm, iya sapa lagi
kalo bukan Rasty dkk.”
“Ohh, kalo mereka
mah biar ajah, mereka kan nggak tahu malu.”
“Bukan gitu
masalahnya Vi, Reno itu nggak punya perasaan tahu, bentak-bentak orang seenak
jidadnya. Dan aku juga takut dia marah ama aku, karena waktu itu aku pernah
bentak dia.”
“Haha, biar aja,
suka-suka dia dong. Kalo masalah yang ama kamu, ya kamunya juga sih,
bentak-bentak orang seenak jidadmu.” Kata Davina sambil menahan ketawa.
“Kok malah aku sih
Vi ?? Oh iya, aku juga kayaknya pengen pindah tempat duduk aja deh Vi.”
“Hehe, iya nggak
papa. Lohh, kok kamu yang pindah ? Kenapa nggak dia aja yang kamu usir. Itu kan
bangkunya Ricky.”
“Oh iya ! Ya Tuhan,
Bisanya aku lupa ama Ricky, abisnya anak tuh lama banget sih masuknya. Ngapain
sih dia di rumah sakit? Semedi ??”
“Loh katanya kaki
ama tangannya kan dikasih pen.”
“Ohhh, tapi Vi. Aku
ngeri eh kalo ngomong ama dia.”
“Pelan pelan aja
ngomongnya. Yang penting nggak keliatan kalo kamu pengen ngusir dia atau kelihatan
kamu udah nggak betah duduk ama dia.”
Dari kejauhan
terlihat sosok Reno yang sedang nyari-nyari seseorang.
Davina pun
bingung melihat Reno dari kejauhan.
“Dav...vi..na...!!”
panggil Mika dengan pelan.
“Eh, iya. Kenapa ?
Coba liat itu.”
“Itu apa?” Mika
nggak ngerti apa yang telah dilihat oleh Davina.
Davina pun
membalikkan badan sahabatnya itu. Dan spontan Mika kaget melihat Reno yang
sedang berjalan kearahnya.
“Eh dudul, udah
tahu kecil. Susah banget buat dicari, masih aja keluruyan.”
“Ehh,, Aku?” Tanya
Mika dengan wajah bingung.
“Iya lah. Sapa lagi
kalo bukan kamu nona kecil.”
“Emangnya kenapa?!”
tanya Mika dengan jutek.
“Dari tadi itu aku
nyariin kamu. Aku mau minjem pensil.”
“Hah... Kenapa
nggak pinjem ama yang lain aja?”
“Males..”
“So, kamu
nyari-nyari aku dari tadi Cuma untuk ini?”
“Iya..”
“Heehhhh..” Mika
mengeluh.
Davina yang sedari
tadi melihat sebuah pertengkaran kecil antara Mika dan Reno yang seperti anjing
ama kucing itu, akhirnya pamit untuk ke kelas duluan.
“Mik, aku duluan
yaa.”
“Iya udah, ntar
kita pulang bareng ya.”
“oke sipp.”
“Eh nona kecil,
masalah kita belum selesei.”
“Masalah apa lagi?
Pulpen ku yang kemarin aja belum kamu balikin, sekarang mau minjem pensil.”
“Iya iya ntar ku
balikin, ayo sekarang balik ke kelas.” Reno pun dengan nggak sengaja menarik
tangan Mika dengan lembut, seakan-akan Reno sedang memegang tangan cewek yang
dia sayang. Dan Mika hanya terdiam.
“Loh kenapa diam?”
“Emmmm...” Mika
menoleh ke tangannya, seolah ia memberi isyarat pada Reno untuk melepaskan
tangannya.
“Ouh, maaf.”
Mika dan Reno pun
bersama-sama masuk ke kelas. Semua mata menatap pada mereka terutama pada Mika.
Akhirnya, saat
setelah habis jam pelajaran. Mika pun memutuskan untuk ngomong ama Reno tentang
masalah tempat duduk.
“Emmm.. begini Ren.
Aku mau ngomong. Tapi..”
“Penting nggak ?”
Potong Reno, padahal Mika belum selesei ngomong.
“Penting penting
Ren.” Jawab Mika dengan terburu-buru dan sepasang mata Reno pun menatapnya
seakan menunggu.
“Tapi kamu janji
jangan marah ya.”
“Hmmm, tergantung
omongan mu.”
Mati aku !! Jantung
Mika pun berdegub sangat kencang seakan ia telah siap untuk dimarahin oleh
Reno.
“Gini. Ngng...
bangku yang sekarang kamu tempati itu sebenarnya ada orangnya Ren. Walaupun
nggak tau kapan dia akan masuk, tapi tetep aja, bangku itu ada yang punya,”
“Oh ya. Mang
siapa?” Tanya Reno dengan ekspresi yang sagat kaget.
“Emmm, namanya
Ricky. Maaf Ren, aku udah mau ngomong sama kamu dari awal. Cuma...”
“Nggak papa.
Sekarang Ricky’nya dimana ?”
“Dirumah sakit,
lagi diopname karena kecelakaan.”
“Dimana ?”
“Rumah Sakit Umum.”
Reno hanya diam,
dan tiba-tiba saja dia pergi begitu saja. Mika bingung, dan ia nggak tau mau
ngelakuin apa. Denga buru-buru ia langsung berlari mengejar Reno.
“Ren, Reno. Jangan
marah dong. Aku deh yang pindah, ntar aku yang bilang ama Ricky.”
“Hmmm, kapan kamu
mau bilang? Mendadak reno menghentikan langkahnya dan membalikkan badan. Dan
Mika yang mengejarnya pun hampir menabrak tubuh Reno.
“Yaahhhh..” Mika
bingung mau menjawab apa.
“Mungkin besok.”
“Jadi besok?”
“Iya.”
“Oke.” Reno
mengangguk. Dan dia pergi.
Mika sangat jengkel
dan bete terhadap perlakuan seperti itu. Mika baru sadar akibat omongannya
tadi. Bukannya dia berhasil mengusir Reno, malah dia yang terusir.
Mana semua sisa
bangku kosong, sebelahnya anak-anaknya aneh-aneh lagi. Masa’ iya kau harus bawa
tikar dari rumah, gila aja.
Hah !!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar