Kamis, 14 Juli 2011

Mika Part 1

Mika part 1*



2 minggu telah berlalu...
Dan hari ini, adalah hari pertama gadis itu masuk sekolah setelah libur panjangnya.
“Mika..”          
Gadis itu pun langsung menoleh ketika ada seseorang yang memanggil namanya.
“Davina, kamu buat aku jadi kaget aja”
“Hehehe, kaget ya ??”
“Iyalah..”
“Iya iya, maaf nona cantik. Haha.”
“Tiada maaf bagimu nona jelek.. Weekkk..” Mika pun mengejek Davina dengan menjulurkan lidahnya seperti anak kecil, sambil berlari ke koridor sekolah.
“Dasar nona cantiiikkkk !!” Davina pun berlari mengejar Mika yang telah agak jauh meninggalkannya.
Tapi tak disangka, Mika yang telah lari duluan meninggalkan sahabatnya Davina, tidak sengaja menabrak seorang cowok yang sedang berjalan dikoridor sekolah. Braakkkk !!

 
“Ehh, maaf maaf, aku nggak sengaja. Beneran.” Dengan kaget Mika langsung minta maaf sama cowok itu.
“Hmmm...” setelah ber’hmmm, cowok itu langsung pergi dan meninggalkan Mika.
Saat cowok itu pergi, Mika hanya terdiam dan dia merasa kesal dengan perlakuan cowok itu.
“Huh, dasar cowok nggak tau sopan santun. Emang sih aku yang salah, tapi kan seenggaknya dia juga minta maaf ke’.”
“Loh Mik, kamu nggak papa ?” Tanya Davina yang sedari tadi berdiri didepannya.
“Eh, nggak papa kok Vi, Cuma rada’ sebel aja sama tuh cowok.” Jawab Mika yang kaget melihat sahabatnya sudah berada didepannya.
“Cowok yang mana ? Yang tadi nabrak kamu itu?”
“Iyalah, nggak tau sopan santun banget tau Vi.”
“Udah udah.. Yang penting kamu nggak papa kan ?”
“Nggak kok Vi, tapi bete aja ngeliatnya.”
“Iya udah, nggak usah diliat. Masuk kelas yok..” ajak Davina, karena bel masuk kelas telah berbunyi.
“Ayok ! Oh iya, tuh cowok siapa ya??”
“Hayooo, penasaran ya?.” Davina menggoda Mika.
“Bukan gitu. Aku belum pernah aja ngeliat cowok itu disekolah ini.”
“Hmm, iya sih, kayaknya dia murid baru deh”
“Oh...” Mika hanya tersenyum tipis.
“Iya udah, aku duluan masuk kelasku ya, nona cantik. Haha” sahut Davina yang telah sampai duluan dikelasnya.
Davina dan Mika memang tidak sekelas semenjak mereka naik ke kelas 2 ini. Karena sekolahnya memiliki program rolling setiap semester kenaikan kelas.
Saat Mika sampai dikelasnya, Mika tak melihat ada tanda-tanda teman sebangkunya hadir dikelas itu. Biasanya Mika duduk sebangku sama Ricky, tetapi nggak untuk hari ini.

5 menit setelah bel masuk kelas berbunyi. Terdapat langkah kaki dan hentakan sepatu hak tinggi mengarah ke kelas Mika. Murid-murid yang tadinya berserakan, menjadi rapi katika seorang wanita berumur 30 tahunan masuk kedalam kelas dan memberi salam.
“Pagi anak-anak..”
“Pagi Bu..”
“Pagi ini, Ibu hadir dikelas ini tidak sendirian. Ibu membawa seorang murid baru pindahan dari Bandung. Ayo masuk, perkenalkan dirimu.”
Saat murid baru itu masuk kelas..
Hentakan sepatu, dan tatapan dingin itu pun mengiringi sosok seorang cowok itu masuk ke dalam kelas. Semua mata menatap terkesima. Sosok itu berdiri seperti magnet yang memiliki 2 kutub yang sangat kuat. Kehadirannya memukau, dengan segala pesona yang ada pada dirinya. Tinggi, badan sispek, cool, dan wajahnya yang memancarkan keangkuhan didalam dirinya.
“Nama saya Reno Adiwiyata Darmawan. Biasa dipanggil Reno.” Ucap cowok itu dengan tatapan dingin dan dia juga sama sekali tidak tersenyum serta tidak sedikitpun melirik kaum adam dan hawa yang ada dikelas itu.
“Gilla !! Namanya keren banget, pasti tajir deh !” kata Rasty pelan. Cewek  yang duduk di bangku ke-3 barisan ke 2.
“Alllaaaaa... gitu aja dibilang keren!” sahut seorang cowok yang duduk dibelakang Rasty.
Rasty pun menoleh, dan wajahnya menjadi bringas.
“Enak aja.. Dari pada kamu ! Jauh-jauh pindah dari kampung ke Jakarta, eh waktu lahir namanya tetep aja Odin Saparudin! Haha.”
Odin, yang karena perkembangan zaman dan teknologi,, sekarang dipanggil dengan nama Dino.
“Sudah sudah !!” potong Bu Khalimah.
“Silahkan Reno, kamu cari tempat duduk.” Bu khalimah mempersilahkan Reno.
Reno hanya mengangguk, lalu ia melihat sekeliling. Cewek-cewek langsung sibuk overacting. Mereka mencoba menarik perhatian seorang sosok Reno, agar Reno duduk nggak jauh dari mereka.
Tapi pilihan Reno jatuh pada sesosok wajah yang sejak awal tadi, telah menarik perhatiaannya. Wajah yang dari tadi tidak peduli dengan kehadirannya di kelas. Bukan pura-pura tidak tahu, atau pura-pura tidak peduli, tapi sesosok wajah itu, benar-benar tidak terpengaruh dengan kehadirannya dikelas itu. Sesosok wajah itu benar-benar berbeda dengan wajah-wajah yang lain.
Akhirnya Reno menempatkan tubuhnya pada bangku itu, Reno duduk disebelah seseorang yang memiliki sesosok wajah yang membuat dia penasaran.
Reno menatap sesosok wajah yang berada disebelahnya itu. Tapi sesosok wajah itu tidak sedikit pun menoleh ke arah Reno. Reno makin penasaran dengan sesosok wajah itu. Dan akhirnya....
“Haii..” sapa Reno dengan suara sapaan yang tak biasa atau yang lebih tepatnya dapat dibilang sebuah bentakan pelan. Sesosok itu tak juga menoleh.
“Boleh duduk disini?” tanya Reno
“Boleh.” Jawab singkat, sesosok itu.
“Kamu tuli atau gagu sih ?” tanya Reno tanpa beban.
“Apa ??!”
Sesosok itu menoleh kaget, dan dengan spontan sesosok itu sadar..
“KAMU !!”
“Iya.”
“Kamu yang tadi nabrak aku dikoridor sekolah kan ?”
“Aku ?!”
“Iya ! Sekaligus cowok yang nggak punya sopan santun !”
“Hmm.” Cowok itu hanya ber’hmmm.
“Ternyata kamu nyebelin banget ya ! Bener-bener nggak punya sopan santun !! Huh.” Sahut Mika dengan memalingkan wajahnya, karena dia sudah terlanjur jengkel pada cowok itu.
Ternyata sesosok yang duduk disebelah Reno adalah Mika. Cewek yang tadi pagi dengan nggak sengaja tabrakan dengan Reno.

<<>> 

Bel tanda pelajaran berakhir berbunyi. Mika pun langsung menyaut tasnya dan pergi meninggalkan Reno.
“Nona cantik ..” Davina memanggil Mika, dengan panggilan khasnya.
“Ehh, kenapa Nona jelek ?” sahut Mika dengan malas.
“Loh, kok nanya kenapa sih ? atau nggak mau pulang bareng aku ?” Tanya Davina dengan wajah yang mulai masam.
“Eh, nggak gitu. Hehe, sorry sorry tadi aku lagi nggak ngeh Nona jelek.”
“Kamu kenapa sih ?” tanya Davina dengan wajah yang penasaran.
“Kenapa apanya Vi?”
“Kebisaan deh, ditanya malah balik nanya.”
“Hehe.. Lagi bete nih.” Jelas Mika dengan merundukkan wajahnya.
“Bete kenapa, Nona cantik yang baik hati, rajin menabung, tidak sombong, suka menolong, hobby shoping, hobby makan dan sangat-sangat pemalas. Hahaha.”
“Beh beh beh, nggak kurang panjang tuh ?? Heheh.”
Davina pun hanya nyengir-nyengir ajah.
“Masih inget nggak, cowok yang tadi pagi tabrakan sama aku dikoridor sekolah ??”
“Yang mana ?”
“Cowok yang tadi pagi pake earphone, yang ku tabrak, terus yang ku bilangin, cowok nggak tau sopan santun ? Ingat nggak ??.”
“Oh iya iyaa, aku ingat. Terus terus kenapa sama dia ?”
“Dia tuh murid baru, pindahan dari Bandung, namanya Reno”
“Terusss.... apa hubungannya dia sama kita, Mik ??”
“Hubungannya itu sama aku Nona jelek dudul... Dia itu duduk disampingku. Padahal masih banyak banget bangku yang kosong Vi.”
“Loh, Ricky nggak masuk?”
“Nggak Vi. Dan kamu tau gimana reaksi cewek-cewek dikelas ?”
“Wahh, kayaknya aku tau, kalo cowok sekeren dia.... udah deh nggak usah diceritain. Merinding nih jadinya. Dan hati-hati loh ya, mereka itu kayak Harimau,  jangan sampe mereka merobek-robek baju mu. Hahaha”
“Gi.. gi.. gila !! Em..mang sampe segitunya ya ??” tanya Mika dengan gagap.
“Iya tergantung sih, hehehe..” jawab Davina singkat.
“Iya udahlah, kita pulang yuk.” Mika mengajak Davina pulang, karena ia nggak mau lagi ngebahas lebih lama lagi tentang masalah itu.
“Ayo.. Tapi panas banget nih, kita pulang naik apa ?” Tanya Davina.
“Kamu nanya atau ngejek Vi ?? Tanya Mika sambil menoleh sinis ke Davina.
“Iya-iya, ampun Nona cantik.. Hehe..”

Mika telah berjanji pada Davina untuk naik bus bersama, baik itu pergi atau berangkat ke sekolah mulai dari hari itu. Mika yang merupakan anak orang kaya, yangi selalu pulang pergi sekolah naik mobil bersama supirnya, jelas terlihat nyaris kebingungan karena nggak tahu menahu soal jalur bus dari sekolah ke rumahnya atau dari rumah ke sekolahnya.
“Terus, kita mau naik bus apa ?” Tanya Mika dengan wajah bingung seperti anak TK yang baru pertama kali naik bus.
“Hahaha, Nona cantik Nona cantik.. Tenang aja kan ada Davina. Mukanya nggak usah gitu juga kali. Hehe” Ejek Davina.
Mika pun hanya tersenyum tipis dan benar-benar sangat malu didepan sahabatnya itu.
“Tapi yakin kan kamu tahu Vi ?” Tanya Mika, untuk meyakinkan Davina.
“Iya, yakin lah Mika Putri Septiana Angreini Pratama anak dari Ibu Nadia Pratama dan Bapak Kevin Hartanto Pratama.” Jawab Davina dengan menyebutkan nama lengkap Mika, beserta nama orang tuanya, yang panjangnya kayak rel kereta api Surabaya-Jakarta
.
Mereka berdua pun tertawa.
Setelah itu, mereka pulang dengan selamat sampai rumah mereka masing-masing.
<<>> 

Sesampai di rumah, Mika pun langsung menuju kamarnya dengan langkah yang lemas. Ya maklumlah, hari itu adalah hari pertamanya pulang sekolah dengan naik bus.
Dia membuka pintu kamarnya dengan tangan yang tak berdaya, dia berjalan menuju kasur tempat tidurnya. Dia hempaskan seluruh tubuhnya ke kasur itu. Dia menatap langit-langit kamarnya yang indah karena terhiasi oleh potongan-potongan kertas warna-warni berbentuk bintang. Dia memejamkan matanya dengan perlahan, dan akhirnya ia tertidur pulas. Wajah yang lucu dan manis itu terlihat sangat indah ketika sedang tidur.
Tak terasa matahari pun telah meninggalkan langitnya yang cerah. Langit Hitam pun datang untuk mengusir langit senja.
Mika pun terbangun dari tidurnya. Dengan wajah setengah sadar dan mata setengah terbuka, Mika melangkahkan kakinya pergi ke kamar mandi. Lalu, Mika mencuci mukanya dan sekaligus mandi.
Setelah mandi, Mika keluar dari kamarnya. Jam telah menunjukkan pukul 7. Dan itu bertanda bahwa makanan telah menunggu Mika turun ke meja makan. Di rumah itu, Mika hanya tinggal bersama adik perempuan Bundanya dan 1 pembantunya. Dari anak tangga itu, Mika hanya mendengar suara Bi Kasman dan Tante Eva saja. Maklum, Bunda Mika adalah seorang designer yang cukup terkenal di Indonesia maupun Internasional. Dan beliau jarang sekali pulang ke Jakarta.
Sesekali beliau pernah kembali ke Jakarta, tapi hanya untuk mengurus urusan bisnisnya, bahkan beliau pernah melupakan untuk menjenguk anaknya sendiri.
Tetapi untungnya Mika telah terbiasa hidup seperti itu. Kadang malah iya hanya sendirian, apabila tantenya pulang ke rumahnya dan pembantunya juga ikut pulang kampung.

Mika pun turun dan melangkah menuju meja makan. Hanya suasana hening dan tatapan dingin itulah yang menemani makan malam Mika.
Dan sesaat kemudian ...
“Mika..” suara pelan itu mengagetkan Mika yang tengah mengalir dalam lamunan.
“Eh, iya.. Kenapa tante ?” sahut Mika dengan wajah setengah kaget.
“Nggak papa. Tante cuma mau nanya, gimana hari pertama sekolahmu setelah liburan?”
“Biasa aja kok Tante.” Jawab Mika dengan singkat.
“Iya udah Tante, Mika duluan ke kamar ya..” Mika yang tampak sangat lelah itu pun meninggalkan meja makan terlebih dahulu.

Mika hanya diam dikamar. Dia duduk termenung diatas kasurnya dengan memeluk boneka panda kesayangannya. Kebetulan juga, kamar Mika berada dilantai atas, dan dinding kamar Mika terbuat dari Kaca, dan jika malam, Mika dapat leluasa melihat langit yang luas dengan penuh bintang dengan hanya membuka tirai kamarnya.
Tak terasa jam dinding yang amat besar itu pun telah berdentang sebanyak 10 kali. Dan Mika yang masih duduk termenung itu pun mulai beranjak dari tempat tidurnya. Dia berdiri didepan sebuah cermin yang memantulkan bayangan seluruh tubuhnya lengkap dengan lekukannya.
Dia hanya berdiri dengan wajah bingung. Dia masih tak mengerti. Masih sama sekali tak tau maksud cowok itu apa. Reno itu keren, tampang sih,,, Oke! Iya walaupun agak nyebelin, mungkin memang beneran nyebelin. Tapi anehnya, kenapa dia milih duduk sama aku ?? Why?!
Dia udah nggak waras? Iseng? Atau matanya kena katarak?
Aneh kan? Gila nggak tuh? Nggak bisa dipercaya banget.
Maka dari itu, semalaman suntuk Mika nggak bisa tidur nyenyak. Karena setiap ia memejamkan matanya, wajah Reno selalu muncul. Pertanyaan-pertanyaan itu selalu terdengar ditelinga Mika. Dan dia juga takut, kalau itu cuma mimpi.

Dan ketika keesokan harinya..
Hari itu adalah hari pertama dalam hidup Mika, karena dia dikalahkan oleh jam weker Doraemonnya, dengan kata lain kalau ia telat bangun. Mika langsung beranjak dari tempat tidurnya. Ia cepat-cepat mandi, ganti baju dan mempersiapkan buku-buku sekolahnya. Saat itu Mika nggak sengaja ngejatuhin buku-bukunya, dan itu membuat suara gaduh yang membangunkan Tantenya.
Tante Eva yang mendengar suara itu, langsung pergi menuju ke kamar Mika.
“Huh! Jam berapa sih ini? Kok udah ribut-ribut Mika?”
“Ehh, anu...”
“Anu apa? Jam berapa ini?” Tanya Tnte dengan kesal.
“Jam setengah enam, Tan.”
“Apa?! Baru jam setengah enam kamu udah gubrak gubruk buku?”
“Hmmm, anu Tante. Maaf. Mika minta maaf udah buat Tante jadi terbangun.”
“Iya iya, nggak papa. Tapi kamu mau ngapain berangkat jam segini? Mau nyuci bus sekolah dulu? Atau mau nyapu lapangan?”
“Nggak Tan, hari ini ada ulangan mendadak. Dan Mika belum belajar Tan Dan lagi pula dikelas Mika kan ada murid baru Tan. Nah murid baru itu cowok, lumayan oke sih tampangnya Tan, dan itu ngebuat para cewek-cewek dikelas Mika jadi overacting semua.” Jelas Mika
“Terus..... apa hubungannya sama kamu?”
“Nah hubungannya Tan, cowok itu duduk disamping Mika. Dan Mika takut, ntar cewek-cewek itu pada ngerebutin kursi Mika.”
“Ohh, iya udah. Hati-hati. Berangkat sama sapa ?”
“Berangkat sama Davina Tan. Kan Mika dah janji sama dia, bakal naik bus kalau pulang pergi sekolah.”
“Iya udah, berangkat sana.”
“Oke Tan. Mika berangkat yaa. Sekali lagi sorry Tanteku yang cantik.”
Mika pun berangkat dengan langkah kaki yang ceria.

<<>> 

Mika pun sangat kaget ketika dia sampai disekolahnya. Dia kira, dia akan memnjadi orang yang pertama yang menginjakan kakinya disekolah. Tapi ternyata, boro-boro! Emang sih diluarnya sepi, tapi didalamnya udah banyak mahluk-mahluk centil yang mengisi kelas.
Dikelas Mika, memang belum sedikit pun terlihat batang hidung para cowok-cowok. Tapi bunyi gelang dan hak sepatu telah memenuhi ruangan kelas itu. Semua cewek dikelas Mika udah lengkap banget ! Dan yang paling membuat Mika sangat merasa aneh, pagi-pagi gini, bangkunya udah dijadikan rebutan oleh cewek-cewek dikelas. Terpaksa deh, dia harus ngungsi terlebih dahulu.
Mika pun jadi bengong, karena pagi ini dikelasnya terdapat banyak banget perubahan. Mika juga semakin bingung, kenapa respon cewek-cewek dikelasnya begitu lebay !!
Ada yang rambutnya kemarin lurus, jadi keriting. Yang keriting jadi lurus. Yang diblow lah, yang dipakein bando lah. Macem-macem deh pokoknya.
Si Sabrina yang tingginya Cuma beda 3 senti sama dia, pagi ini tingginya berubah. Dan saat Mika mecari tahu, ternyata Sabrina memakai sepatu yang ada haknya !
Dan sekarang Bella jadi serba ungu dan nggak jauh beda sama Mona yang juga ikut-ikutan jadi serba biru. Dari mulai sepatu, kaos kaki, tas, anting, gelang, jam tangan, ikat pinggang, kotak pensil, cincin, kalung dan bando pula.
Gita, Rossa, Melly yang tadinya pake kaca mata, sekarang mereka berubah memakai contact lens.
Dan parahnya, si Rasty dan Avi memakai eyeshadow dan lipgloss yang ada glitternya ! Gila nggak tuh. Ini pada mau sekolah atau pada mau ke pesta sih. Mika hanya terdiam dan keningnya mengkerut.
Tak berapa lam kemudian, para cowok-cowok datang. Dan saat itu juga, wajah bingung menerka mereka.
“Ceiiilllleee.... Pada mau ke mana nih? Mau sekolah atau mau ke pesta.” Kata Odin sambil menggerakkan bola matanya kesegala arah.
“Hmm, mata Lo kenapa ? Kok ada lampunya? Atau ada bintang-bintangnya? Tanya Adi sambil mengejek Rasty yang memakai eyeshadow.
“Nggak usah rese’ deh Di!” jawab Rasty dengan jutek.

Dan kesimpulannya pada pagi hari ini adalah......
Cuma Mika yang dari ujung kaki sampai ujung rambutnya, sama sekali nggak memiliki perubahan. Dia tetap imut dan manis tanpa balutan sedikit pun pada mukanya.

<<>> 

Besoknya, Mika tidak mau lagi datang pagi-pagi. Soalnya, kemarin Mang Iju, panjaga sekolah, bilang ke dia, kalo sudah sejak pagi-pagi amat, kelasnya penuh oleh kaum-kaum hawa. So, intinya, kalau kamu mau datang paling awal, ya nggak usah pulang. Dengan kata lain kamu harus nginep disekolah.
Tapi Mika juga sempat bingung, ketika dia datang ke kelasnya sesuai jadwalnya tiap pagi, yaitu jam 7 kurang 15 menit. Kelasnya penuh dengan cewek dimana-mana.
Akhirnya dia melangkahkan kakinya untuk pergi ke mejanya. Dan begitu sampai didepan mejanya, Mika melihat Rasty dan Avi udah duduk dempet-dempetan ditempat duduknya. Dan di tempat duduk Reno udah ada Evi yang juga duduk desak-desakan berdua Eta, anak IPS yang kelasnya ada di gedung B. Di bangku Dion dan Yenny, 2 orang yang duduk dibelakang Mika, juga udah penuh.
Yaa, like yesterday ! Semua bangku disekitar bangku Mika penuh dengan para cewek-cewek centil. Membuat orang yang punya tempat duduk dongkol, sama seperti Mika. Yang harus ngungsi terlebih dahulu, dan nunggu sampai cewek-cewek centil itu pergi atau sampai bel masuk berbunyi.

Keesokkan harinya...
Mika datang nyaris saat bel berbunyi. Percuma saja kalau iya harus datang pagi, lagi pula dia Cuma bisa nitip tas doang. Dan siapa pun cewek itu yang duduk dibangku Mika, nggak bakal mau pergi kalau sebelum bel berbunyi. Selain itu, buat apa dia harus kayak cewek-cewek centil itu, toh nanti dia juga yang bakalan duduk disamping Reno dengan jarak terdekat, dari jam 7 sampai jam 3 siang. DELAPAN jam ! Hehe.
Selain itu, dua hari duduk bareng cowok itu, Mika merasa aneh. Mika sadar kalau Reno sangat sinis sama cewek. Sadis malah !! Reno itu selalu menatap orang dengan tatapan dingin. Dia juga jarang ngomong, entah gagu, nervous atau emang dia verdarah dingin. Haha ! Soalnya dari jam 7 sampai jam 3 sore Reno itu Cuma ngajak ngomong aku 1 kali, just ONE ! Dan itu Cuma nanya nama ku aja.
“Nama mu?” tanyanya dengan tatapan sinis.
“Mi..mi. mika.” Jawaban Mika sedikit agak terbata-bata. Karena takut dengan tatapan mata Reno.
“Mika ? Cuma itu?”
“Nggak, namaku Mika Putri Septiana Angreini Pratama.” Mika menjawab dengan lengkap.
“Hmmm. Udah ?” alis Reno bertaut.
“Udah. Kenapa ? Kepanjangan?” tanya Mika dengan jutek.
“Nggak. Biasa aja.”
Just that!
Hari kedua dan ketiga sama. Malah sama sekali nggak ada. Hari keempat, “Just ONE sentence”. Itu pun dalam rangka pinjem pulpen.
Mika sering dibilang adalah cewek yang peling beruntung 1 sekolah, karena Reno milih dia untuk jadi temen sebangkunya. Tapi dia juga dibilang sok jual mahal, karena sok cuek terhadap Reno, atau nggak mau ngajakn gobrol Reno.
Padahal bukan itu yanag ada dipikiran Mika. Bukannya dia nggak mau ngajak ngobrol cowok sekeren Reno. Tapi Reno kalau diajak ngobrol, jawabannya Cuma “Hmmm”, “iya”, “nggak”, “mungkin?”, “masa?”, “nggak tau”, atau bahkan cuma “Oh” aja. Dan kadang mungkin kalau dia lagi bete atau nggak mau ganggu, dia cuma bilang ....

“Ribut !!”

Ngeri banget kan?
Makanya Mika jadi males mau ngajak dia ngobrol. Takut ntar malah dia kena bogem dari tanggannya Reno.
Dan Mika pun sedikit melirik ke cowok yang ada disebelahnya itu. Dan menggerutu dalam hati. “Emangnya dia itu siapa? Christian Bautista? Petra Sihombing? Justin Timberlake? Justin Bieber? Atau Bruno Mars? Hah!!!. Sok sok jaim, sok sok cool. HUH !
Mika pun melangkah menuju bangkunya. Tapi mata Mika spontan melotot dan kaget. Ternyata rasty dan avi masih duduk sana, Dan terpaksa Mika harus melangkahkan kakinya menuju bangku kosong yang nantinya akan jadi tempat pengungsiannya.

<<>> 

Saat istirahat, didepan kelas Ocil udah sibuk mencatat pesanan dari teman-temann sekelas, seperti biasanya.. Ocil memang sudah 2 minggu absen dari kelas, karena dia harus diopname karena penyakit maag’nya.
“Ocil, aye kagak pake semur jengkol ye.” Kata Gito.
“Aye kagak pake semur terong! Teriak Mamat dari belakang. ”Lagian nyak lo ade ade aja Cil, maksa bener sih masa’ terong disemur? Nape kagak wortel aje sekalian.”

“Nah, entu yang namanye inopatip Mat.”
Reno pun tertawa. Semua mata tertegun menatapnya yang sedang berdiri di samping Mika. Mika pun juga ikut mnatap wajah Reno. Fenomena pertama, ngeliat Reno yang biasanya menatap dingin, sekarang tertawa.
“Emang siapa yang jualan nasi uduk Mik?” tanya Reno dengan tiba-tiba. Mika pun terkaget.
“Ehh? Itu Nyaknya Ocil.”
“Kamu mau Mik? Tanya Reno.
“Eh, mau apa?” Jawab Mika dengan wajah bingung
“Iya nasi uduklah!”
“Hmm, nggak. Udah bosen. Kamu mau? Tapi mesennya harus pake bahasa betawi loh.”
“Loh, kenapa emang?”
“Ocil itu orang betawi asli. Jadi dia cuma ngelayani pemesan yang pake bahasa betawi. Untul meredam arus globalisasi katanya, eh katanye. Hehe.” Jelas Mika
“Ouh gitu.” Jawab Reno dengan singkat.
“Kamu pesennye ke Inggris aje gih sono!” sahut Ocil.
“Nggak masalah.” Balas Reno dengan enteng.
Mika pun kaget dengan balasan yang dilontarkan Reno.
“Kamu kan belum lama disini Ren.”
“Emang harus di Jakarta dulu baru bisa bahasa betawi??”
“Nggak juga sih..”
Reno pun membuktikan omongannya.
“Ade yang sebungkusnye gopek kagak?” tanya Reno dengan suara nyaring.
Dan dengan spontan, cewek-cewek pun langsung bengong semua.
“Ya ampun !” Mika pun spontan menutup mulutnya, dan menahan ketawa.
“Ade.” Ocil mengangguk.
“Allaaa... Kamu Cil, mentang-mentang dia anak baru. Kemaren-kemaren kamu kagak ada ngasih! Protes Mamat dari jauh.
“Sekarang ade.” Jawab Ocil.
“Kalo gitu yang gopekan aje dah.” Sahut Reno. “Emang menunye ape? Nasi doangan? Kagak ape-ape sih, biar kate cuman nasi, tapi kalo nasi uduk sih enak-enak aje.”
“Sape bilang cuman nasi doangan ?” kata Ocil. “Ade sayurnye juge.”
“Ah, iyang bener kamu Cil ?” Mamat melotot. “Hari begini, jarang-jarang ada makanan iyang masih muerh.”
“Iye. Sayur sisa kemaren. Nasinye juge. Mangkenye khusus iyang gopek, entar aku liat dulu ade ape kagak.”
“Jahat kamu Cil. Nasi basi aje gopek.”
Semuanya tertawa, termasuk Reno.

Bel masuk pun berbunyi.
Dan kebetulan guru-guru sedang meeting. Sehingga pelajaran jam terakhir dikosongkan. Mika dan Reno pun menuju bangku mereka bersamaan
“Minggir !!”
Semua tersentak kaget dan seketika semua menoleh ke sumber suara, begitu juga Mika. Semenjak kedatangan Reno dikelas itu, seolaj olah bangku Reno menjadi daerah kekuasaan Rasty. Disebelah Rasty, Avi pun tampak meruduk karena takut akibat bentakan dari Reno.
“Kalian nggak denger, aku bilang minggir?!” suara keras Reno kembali terdengar.
“Ma..maaf, aa..ak..aku cuma numpang duduk aja kok Ren.” Jawab Avi dengan sedikit terbata.
“Kamu tahu kan, ini bukan bangku kosong? Dan kalian kan bisa duduk ditempat laen ?!! Minggir.”
Avi yang dibentak itu otomatis jadi beku ditempat. Dan itu malah membuat Reno semakin marah.
“CEPETTT PERGII !!” Bentakan Reno memenuhi seluruh ruangan kelas.
“REN, kamu nggak bisa kayak gitu dong ! Avi itu cewek. Bisa kan nggak kasar ama dia. Toh dia udah minta maaf kan. Jangan cuma karena masalah kecil kayak gitu, terus kamu bisa bentak-bentak orang seenaknya 1!” Spontan Mika pun membentak Reno.
Nggak tahu kenapa Reno hanya diam.
“Iya udah, sana.” Suara sinis Reno menjadi pelan.
Semua mata menatap Mika. Semua tersentak kaget, karena Mika berani membentak Reno. Dan Mika pun langsung meyaut tasnya dan keluar kelas, melangkahkan kainya menuju Perpustakaan.
“Huh, bego banget sih aku, pasti dia marah banget ama aku, karena aku udah bentak dia. Dasar bego bego bego..”
Gerutu Mika dalam hati.

<<>> 
Besoknya..
Saat Reno datang, Mika pun belum datang.
Sebuah kotak kue penuh potongan blackforest dengan sebutir ceri merah diatas setiap potongan kue tersebut. Tapi ternyata itu tak sedikit pun mempengaruhi Reno.
“Ini punya siapa?” tanya Reno sambil menatap satu satu gerombolan cewek-cewek disekitarnya.
Rasty yang disebelahnya, menjawab pelan.
“Itu buat kamu Ren.”
Seketika tatapan dingin itu kembali hadir. Dan saat itu juga Rasty pergi dari bangku itu, karena takut kena  bentakan Reno. Tapi baru aja Rasty mengangkat badannya, Reno telah mengeluarkan bentakannya.
“Kamu denger ya, aaku bukan orang yang kelaperan atau orang yang nggak mampu buat beli kue kayak gini. Jadi kmu nggak usah bawa-bawa kayak gini atau semacamnya. Ngerti !!”
Saat itu juga, Mika datang, tapi Mika sengaja untuk nggak masuk, dan dia juga sedikit takut, karena masalah kemarin.
“Nggak kok, itu juga kalo kamu mau, kalao nggak ya nggak papa.” Jawab Rasty dengan terbata-bata.
“Oh, gitu. Kebetulan aku nggak suka. Ambil cepet, aku mau makai meja ini.”
Rasty pun hanya terdiam, dan dengan jengkel Reno pun mengambil kotak itu, dan membagikannya pada cowok-cowok yang duduk tak jauh dari situ.
“Kali pada mau nggak ?”
“Hahaha, jelas mau lah Ren.”
Kotak itu berpindah dari tangan reno ke gerobolan cowo-cowok itu. Dengan rakus mereka melahap kue itu tanpa sisa.
“Enak gila...” Sahut Mamat yang lagi ngejilatin tangganya yang penuh dengan krim kue. Satu isyarat yang diberikan oleh Reno padanya, dan dia tahu apa balasan yang sesuai untuk kue yang barusan dia makan.
Mamat, menghampiro Rasty dengan kotak kosong ditangannya.
“Enak banget Ras. Kamu buat sendiri? Ato beli? Kalo kamu buat sendiri, aku salut deh.” Entah Mamat itu memuji atau sedang merayu Rasty.
Dan seketika..
Ocil datang sambil berjoget-joget karena ia sangat senang musuh bebuyutannya dipermalukan kayak gitu.
“Untung bukan kamu Ren yang makan. Ketahuan dehn ade peletnya. Tuh buktinye Mamat aje sampe tergile-gile dan jatuh cinte.”
“Diem kamu, katro!” bentak Rasty, dan itu membuat seluru kelas tertawa.
Dan Rasty pun langsung pergi. Reno pun sama sekali tidak menghiraukan kejadian tadi.
Mika pun masuk kelas, semua yang tadinya tertawa menjadi diam. Sepasang mata Reno pun langsung mengarah padanya. Mika pun melangkahkan kakinya menuju bangku Roni.
“Ng.. aku duduk sini ya Ron?” pintanya dengan wajah memelas.
“Loh kenape?” Sahut Ocil.
“Ng.... aku takut ntar dia marah ama aku karena kemarin aku bentak dia. Sehariii aja, please !!” wajah Mika semakin memelas.
“Tapi kan ini tempatnya cowok-cowok Mik.”
“Kayaknya dia juga nggak papa kok ama kamu.”
“Iye,” Sahut Ocil dengan menganggukkan kepalanya.
“Hmm....”
“Iya udah, sini ku antarin aj deh.” Kata Ocil.
“Yaaahhhh Ocil.” Wajah Mika sangat sangat memelas.
Sampai dibangku Mika.
Ocil pun membisikkan satu kalimat.
“Ati-ati, jangan duduk membelakangi Reno, ntar bisa-bisa kamu dicekik dari belakang. Haha.”
“Jangan nakut-nakutin gitu nah Cil,” Mika melotot karena kesal.
Ocil pun tertawa...
Roni pun berbisik pada Reno.
“Mika ketakutan tuh gara-gara masalah kemarin. Ampe-ampe dia nekat mau duduk dibelakang, di bangku ku malah.”
“Oh ya?” Mata Reno seketika melirik Mika yang sedang sibuk dengan buku-bukunya. Dan ketika mereka saling berpandangan, Mika langsung mengalihkan wajahnya. Reno hanya tersenyum tipis.
Hari ini sama kayak kemarin, ada 2 jam kosong. Maka dari itu, Mika membawa bekal sekotak kue Donat kesukaannya dan sebotol aqua. Diletakkannya diatas meja, disusul dengan Novel “Winter in Tokyo”. Novel yang cukup terkenal terdiri dari 4 novel dengan judul yang unik yaitu dengan nama-nama musim yang ada di Eropa. Dengan tak sabar Mika ingin menyelesaikan membaca novel tersebut. Tapi kesibukannya lagsung terhenti karena di melihat Reno memperhatikan kotak kuenya yang berisi donat.
“Ngng... itu Cuma buat aku aja kok, dan aku juga nggak ada maksud buat nawarin kamu kok Ren.” Kata mika dengan terburu-buru, takut kalo ntar Reno mengira dia mau overacting kayak Rasty tadi.
Reno menahan ketawa, apalagi begitu dia melihat gadis itu mengahabiskan donatnya, tampa sama sekali menawari dia. Melihat gadis itu, Reno langsung memperhatikan sikap dan gerak-gerik gadis itu. Dan mendadak muncul  1 rencana dikepala Reno.

<<>> 

Sejak kejadian itu, cewek cewek jadi pada ngeri kalau mau overacting didepan Reno, kecuali cewek-cewek yang masa’ bodoh dan pantang menyerah. Contohnya Avi dan Rasty.
“Sekasar-kasarnya cowok, kalo kitanya sabar, cowok itu pasti akan luluh juga.” Begitulah Avi punya teori.
Avi pun langsung melangkah menuju bangku Reno. Mika hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala saja. Mika keluar kelas, dari pada harus menyaksikan Reno membentak-bentak Avi. Dan Mika menuju koperasi. Saat Mika menuju koperasi.. Mika melihat sahabatnya Davina sedang buru-buru turun dari angkot.
“Loh Vi, tumben telat.”
“Iya nih Mik, abisnya tadi malem banyak tamu di rumahku, jadi baru bisa bungkusin jam 10an. Iya seleseinya jam 1 an lah.” Jawab Davina, yang sedang membawa kantong plastik yang besar. Dan Mika langsung berlari menuju Davina, dan membantu sahabatnya itu membawa kantong plastik.
“Terus kenapa kamu nggak nelepon aku, aku kan bisa ke rumahmu, dan kita bisa bareng ke sekolah.” Tanya Mika dengan suara pelan.
“Iya deh, maaf maaf. Aku nggak kepikiran.” Jawab Davina.
“Iya udah nggak papa. Langsung ke koperasi nih?”
“Iya..”
“Iya udah, bareng deh.“
“Loh kamu nggak ke kelas Mik? Udah lewat jam masuk kelas loh?” Davina menatap bingung pada Mika.
Mika pun menghela napas.
“Nggak Vi, ntar aja. Ngeri aku kalo didalam kelas.”
“Emang kenapa ?”
“Biasa, Reno.”
“Kenapa lagi dia? Emang, kali ini siapa yang jadi korbannya?”
“Hmm, iya sapa lagi kalo bukan Rasty dkk.”
“Ohh, kalo mereka mah biar ajah, mereka kan nggak tahu malu.”
“Bukan gitu masalahnya Vi, Reno itu nggak punya perasaan tahu, bentak-bentak orang seenak jidadnya. Dan aku juga takut dia marah ama aku, karena waktu itu aku pernah bentak dia.”
“Haha, biar aja, suka-suka dia dong. Kalo masalah yang ama kamu, ya kamunya juga sih, bentak-bentak orang seenak jidadmu.” Kata Davina sambil menahan ketawa.
“Kok malah aku sih Vi ?? Oh iya, aku juga kayaknya pengen pindah tempat duduk aja deh Vi.”
“Hehe, iya nggak papa. Lohh, kok kamu yang pindah ? Kenapa nggak dia aja yang kamu usir. Itu kan bangkunya Ricky.”
“Oh iya ! Ya Tuhan, Bisanya aku lupa ama Ricky, abisnya anak tuh lama banget sih masuknya. Ngapain sih dia di rumah sakit? Semedi ??”
“Loh katanya kaki ama tangannya kan dikasih pen.”
“Ohhh, tapi Vi. Aku ngeri eh kalo ngomong ama dia.”
“Pelan pelan aja ngomongnya. Yang penting nggak keliatan kalo kamu pengen ngusir dia atau kelihatan kamu udah nggak betah duduk ama dia.”
Dari kejauhan terlihat sosok Reno yang sedang nyari-nyari seseorang.
 Davina pun bingung melihat Reno dari kejauhan.
“Dav...vi..na...!!” panggil Mika dengan pelan.
“Eh, iya. Kenapa ? Coba liat itu.”
“Itu apa?” Mika nggak ngerti apa yang telah dilihat oleh Davina.
Davina pun membalikkan badan sahabatnya itu. Dan spontan Mika kaget melihat Reno yang sedang berjalan kearahnya.
“Eh dudul, udah tahu kecil. Susah banget buat dicari, masih aja keluruyan.”
“Ehh,, Aku?” Tanya Mika dengan wajah bingung.
“Iya lah. Sapa lagi kalo bukan kamu nona kecil.”
“Emangnya kenapa?!” tanya Mika dengan jutek.
“Dari tadi itu aku nyariin kamu. Aku mau minjem pensil.”
“Hah... Kenapa nggak pinjem ama yang lain aja?”
“Males..”
“So, kamu nyari-nyari aku dari tadi Cuma untuk ini?”
“Iya..”
“Heehhhh..” Mika mengeluh.
Davina yang sedari tadi melihat sebuah pertengkaran kecil antara Mika dan Reno yang seperti anjing ama kucing itu, akhirnya pamit untuk ke kelas duluan.
“Mik, aku duluan yaa.”
“Iya udah, ntar kita pulang bareng ya.”
“oke sipp.”
“Eh nona kecil, masalah kita belum selesei.”
“Masalah apa lagi? Pulpen ku yang kemarin aja belum kamu balikin, sekarang mau minjem pensil.”
“Iya iya ntar ku balikin, ayo sekarang balik ke kelas.” Reno pun dengan nggak sengaja menarik tangan Mika dengan lembut, seakan-akan Reno sedang memegang tangan cewek yang dia sayang. Dan Mika hanya terdiam.
“Loh kenapa diam?”
“Emmmm...” Mika menoleh ke tangannya, seolah ia memberi isyarat pada Reno untuk melepaskan tangannya.
“Ouh, maaf.”
Mika dan Reno pun bersama-sama masuk ke kelas. Semua mata menatap pada mereka terutama pada Mika.
Akhirnya, saat setelah habis jam pelajaran. Mika pun memutuskan untuk ngomong ama Reno tentang masalah tempat duduk.
“Emmm.. begini Ren. Aku mau ngomong. Tapi..”
“Penting nggak ?” Potong Reno, padahal Mika belum selesei ngomong.
“Penting penting Ren.” Jawab Mika dengan terburu-buru dan sepasang mata Reno pun menatapnya seakan menunggu.
“Tapi kamu janji jangan marah ya.”
“Hmmm, tergantung omongan mu.”
Mati aku !! Jantung Mika pun berdegub sangat kencang seakan ia telah siap untuk dimarahin oleh Reno.
“Gini. Ngng... bangku yang sekarang kamu tempati itu sebenarnya ada orangnya Ren. Walaupun nggak tau kapan dia akan masuk, tapi tetep aja, bangku itu ada yang punya,”
“Oh ya. Mang siapa?” Tanya Reno dengan ekspresi yang sagat kaget.
“Emmm, namanya Ricky. Maaf Ren, aku udah mau ngomong sama kamu dari awal. Cuma...”
“Nggak papa. Sekarang Ricky’nya dimana ?”
“Dirumah sakit, lagi diopname karena kecelakaan.”
“Dimana ?”
“Rumah Sakit Umum.”
Reno hanya diam, dan tiba-tiba saja dia pergi begitu saja. Mika bingung, dan ia nggak tau mau ngelakuin apa. Denga buru-buru ia langsung berlari mengejar Reno.
“Ren, Reno. Jangan marah dong. Aku deh yang pindah, ntar aku yang bilang ama Ricky.”
“Hmmm, kapan kamu mau bilang? Mendadak reno menghentikan langkahnya dan membalikkan badan. Dan Mika yang mengejarnya pun hampir menabrak tubuh Reno.
“Yaahhhh..” Mika bingung mau menjawab apa.
“Mungkin besok.”
“Jadi besok?”
“Iya.”
“Oke.” Reno mengangguk. Dan dia pergi.
Mika sangat jengkel dan bete terhadap perlakuan seperti itu. Mika baru sadar akibat omongannya tadi. Bukannya dia berhasil mengusir Reno, malah dia yang terusir.
Mana semua sisa bangku kosong, sebelahnya anak-anaknya aneh-aneh lagi. Masa’ iya kau harus bawa tikar dari rumah, gila aja.
Hah !!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar