Kamis, 07 April 2011

Lagu Terakhir.



Lagu Terakhir.


Sudah hampir dua jam Ita mondar-mandir mengelilingi kamarnya, gadis ini terlihat sangat gelisah. Berulang kali dia melirik hp kecil yang ada di tempat tidurnya, tapi tak ada satu pun sms masuk yang terlihat di hp itu
Didalam hatinya Ica mengomel ,“Kamu kemana, sih? Kok sms ku nggak di balas-balas” .
Dan akhirnya dia memutuskan untuk menelpon cowoknya, tepi sebelum Ita sempat menelpon, sebuah SMS masuk dan di layar ponsel itu tertulis “Boy”. Secepat kilat dia membuka SMS itu lalu membacanya dengan tidak sabar. Ternyata orang yang selama ini dia tunggu itu baru saja selesai bertanding dalam turnamen voli. Setelah membalas SMS itu, Ita memejamkan matanya untuk tidur, karena malam sudah terlalu larut.

Keesokan harinya...

Seperti biasa, Ita selalu mengirimkan sms yang berupa ucapan selamat pagi untuknya cowoknya, sebelum dia berangkat kuliah. Namun, hatinya kembali tak tenang ketika cowoknya belum juga membalas SMS-nya hingga sore hari itu. Berkali-kali dia mengirimkan SMS, hingga akhirnya balasan yang ditunggu itu datang. Dan sms itu tertuliskan, “aku udah solat dan makan kok.”
Ita langsung membalas SMS itu, tapi setelah beberapa kali sms-an, dia merasa ada yang aneh dengan sms dari cowoknya  itu. Hingga akhirnya dia tahu kalo ternyata yang membalas SMS itu bukanlah Devan pacarnya, tapi temannya. Hal itu membuat Ita sangat marah dan tidak membalas SMS itu lagi. Dia berharap Devan mau menghubunginya dan meminta maaf langsung padanya.
Tapi pertengkaran itu malah berlanjut hingga malam hari. Meskipun Devan telah meminta maaf, tapi Ita masih juga kesal dengan sikap Devan yang tidak mau membalas SMS-nya. Dan malam itu pun berakhir tanpa ada SMS dari keduanya.
Dan pada akhirnya pertengkaran itu berujung dengan kata putus yang dikirimkan lewat SMS oleh Devan. Dan sejak saat itu, Ita selalu sedih dan melamun. Dia tidak menyangka pacar yang selama ini sangat dicintainya ternyata tega memutuskan hubungan mereka begitu saja. Namun, setelah mendengar alasan Ivan yang sudah merasa tidak nyaman lagi dengan dia, Ita akhirnya menerima keputusan itu dengan hati yang hancur.
Malam harinya, Ita yang masih stres dengan kenyataan yang menyakitkan itu mendadak jatuh sakit. Tubuhnya demam dan kadang dia menggigil. Dia berharap Ivan akan menghubunginya dan bilang kalau mereka tidak jadi putus. Tapi harapan itu, hanya menjadi harapan semata, karena tak satu pun SMS dari Ivan yang masuk ke hp-nya.
<<>> 

Sudah hampir seminggu Ita sakit, hingga akhirnya dia harus di rawat di rumah sakit. Tapi kondisinya belum juga membaik. Maag yang selama ini di deritanya ternyata sudah sangat parah hingga menimbulkan pendarahan. Dokter pun mengatakan kalau salah satu faktor yang menyebabkan penyakit Ita semakin parah adalah stres yang dialaminya hingga membuat kondisi tubuhnya menurun.
Gilang, sahabat Ita yang paling mengerti keadaan Ita dan dia hanya bisa menatap sedih dan tak berdaya  saat melihat tubuh sahabatnya yang sekarang terkulai lemah diatas tempat tidur. Wajahnya pucat dan tubuhnya semakin kurus. Gilang sangat mengerti perasaan Ita yang merasa sangat kehilangan Devan cowoknya. Kadang dengan tak jelas  dia mendengar Ita menyebut nama Devan dalam tidurnya, dan hal itu membuat Gilang semakin tak berdaya dan ia mulai menitihkan air mata dipipinya.

Gilang      : “Ta, gmn keadaan kamu sekarang?”
Ita            :“Alhamdulillah udah mendingan, udahlah nggak usah khawayit gitu, tph aku gk papa kok."
Gilang      : “Kamu masih mikirin Devan, ya?”.
Ita            : “Maksud mu???”
Gilang      : “ iyah begitu, soalnya, dari kemarin aku dengar kamu memanggil namanya terus berkali-kali saat kamu tidur. Kamu kepikiran dia lagi?”
Ita      : “Iya, aku kangen sama dia. Apa dia menghubungiku, apa dia ada sms aku? Apa dia ada datang kemari dan menjengukku” jawab Ita.
Gilang   : “Setahu ku sih, belum ada SMS ataupun telepon dari dia. Kenapa Ta?”
Ita       : “Enggak apa-apa, cuma mau tahu aja dia peduli atau nggak” (wajahnya terlihat sedih).
Gilang   : “Apa perlu aku telepon dia untuk kasih tahu keadaan mu?”
Ita       : “Enggak usah, aku nggak mau dikasihani sama dia.”

Gilang hanya bisa diam mendengar jawaban sahabatnya itu. Rasa kagum dan sedih campur di hatinya. Kagum akan ketegaran sahabatnya itu, tapi sedih melihat penderitaan yang harus dialami  oleh dia. Gilang tahu di saat sakit seperti itu, pasti dia ingin Devan ada bersamanya, dan nggak meninggalkannya seperti ini.

Hampir  sebulan sudah, Ita di rawat di rumah sakit, dan selama itu juga Gilang selalu memperhatikan perkembangan kesehatanya. Setiap kali Ita merasa sakit di tubuhnya ataupun tubuhnya demam, Ita selalu mendengarkan sebuah lagu ciptaan Devan, mantan kekasihnya. Dan seperti mukjizat, keadaan Ita perlahan membaik setelah mendengar lagu itu. Gilang akhirnya mengerti kerinduan Ita pada Devan sangatlah besar hingga menyiksa seluruh tubuhnya bukan hanya hatinya.

Hingga suatu hari, tanpa sepengetahuan Ita, Gilang menelpon Devan yang ada di luar kota. Dia menceritakan keadaan Ita pada cowok itu, dan dia juga meminta Devan untuk datang menemui Ita. Tapi, Devan masih belum juga mau menemui Ita.
Gilang   : “Aku mohon sama kamu, Ita butuh kamu. Tolong datanglah ke Jakarta dan temui Ita walaupun hanya sebentar”
Devan   : “Aku belum bisa menemui dia, lagipula kehadiranku malah bisa membuat dia semakin sakit”.
Gilang   : “Satu kali saja, tolong temui dia. Mungkin dengan bertemu denganmu dia bisa sembuh. Atau kamu akan menyesal” .

Devan   : “Apa maksud kamu? Memang penyakitnya itu parah?”
Gilang   : “Datang dan lihatlah sendiri keadaan Ita sekarang. Sebelum kamu menyesal untuk selamanya”.

* * *
Beberapa hari setelah telepon itu, Devan mengabari Gilang kalau dia akan ke Jakarta untuk menemui Ita. Gilang yang mendapat kabar menggembirakan itu langsung menemui Ita. Tapi sayangnya Ita sedang tidur saat itu. Gilang hanya bisa menunggu, sampai Ivan tiba di Jakarta dua hari lagi.
Hari itu akhirnya tiba juga. Devan, orang yang selama ini di tunggu kedatangannya oleh Ita dan Gilang akhirnya datang. Dia meminta Gilang mengantarkannya ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Devan terdiam terpaku melihat keadaan cewek yang ada di kamar rawat itu. Sosok yang selama ini tidak pernah  ia temui, tak pernah ia pedulikan, kini sedang terbaring dengan kondisi yang memprihatinkan. Selang infus terpasang di tangannya, matanya terpejam, tapi di kedua telinganya terpasang headset agar ia bisa selalu mendengarkan lagu musik yang bisa menenangkan hati dan jiwanya.

Gilang   : “Dia hanya sedang tidur. Tunggu saja, sebentar lagi juga dia bangun”
Devan   : “Sudah berapa lama dia seperti ini?”
Gilang   : “Hampir satu bulan dia terbaring di tempat tidur itu. Sekarang coba kamu dengar lagu apa yang sedang dia dengarkan”

Devan sangat amat terkejut ketika mendengar lagu itu, lagu yang pernah dia ciptakan untuk Ita dulu. Semasa ia PDKT dengan Ita. Dia tidak menyangka Ita masih menyimpan rekaman lagu itu. Kedua matanya menatap wajah Ita yang tertidur.
Gilang   : “Sepertinya, itulah yang membuat Ita bertahan selama ini. Itu yang dia lakukan bila sedang merindukanmu. Suaramu yang sangat dia rindukan” .

Devan yang masih merasa terkejut dengan perlahan mendekat ke ranjang tempat tidur Ita, dan  memegang tangan Ita, kedua matanya tak lepas dari wajah Ita. Terlihat masih ada rasa sayang yang dalam dari tatapan itu. Tiba-tiba tangan yang di pegang Devan bergerak, Ita bangun dari tidurnya. Dan dia terkejut ketika ada seorang cowok duduk di sampingya sambil memegang tangannya.
Gilang   : “Tenang, Ta. Dia Devan, orang yang selama ini kamu rindu”.
Ita           : “Devan? Kenapa dia bisa ada disini?”.
Gilang   : “Maafkan aku, aku yang menelpon dia dan meminta dia untuk datang menjengukmu. Karena aku gk tega melihat kamu seperti ini terus.”
Devan   : “Kenapa kamu bisa sampai kayak gini? Kenapa kamu gk menjaga kesehatanmu?”
Ita           : “Itu bukan urusanmu”
Dan ita pun memalingkan wajahnya dan melepaskan tangannya dari tangan Devan.
Devan   : “Waktu itu kamu kan udah janji, bisa terima keputusanku untuk mengakhiri hubungan kita, dan berjanji akan baik-baik saja. Tapi kenapa sekarang kamu kayak gini?”

Ita hanya diam dan memalingkan wajahnya dari Devan. Sementara Devan masih terus berbicara pada Ita. Gilang yang melihat itu, hanya berharap keadaan Ita akan membaik setelah bertemu Devan. Dan ternyata benar, setelah berdebat cukup lama akhirnya Ita dan Devan mulai akrab kembali. Wajah Ita yang tadinya pucat juga mulai berubah cerah.
Pertemuan antara Ita dan Devan terus berlangsung selama seminggu, dan selama itu keadaan Ita berangsur membaik. Suatu hari, Ita ingin pergi ke pantai bersama Devan, dia ingin melihat sunset bersama orang yang di cintainya. Walaupun awalnya dokter, orang tua Ita, dan Devan sendiri pun tak tidak setuju, tetapi demi kesembuhan Ita, akhirnya mereka menyetujui permintaan Ita itu. Dan pergilah mereka berdua ke pantai untuk melihat sunset.
Di pantai itu, Devan menyanyikan lagu yang baru di buatnya untuk Ita. Lagu yang liriknya adalah ciptaan Ita, dulu dia pernah meminta Devan untuk menciptakan lagu dari lirik yang dibuatnya. Dan kini lagu itu telah selesai dan Devan pun menyanyikannya secara langsung untuk Ita.
Keadaan yang sangat romantis itu membuat Ita bahagia. Berkali-kali dia tersenyum dan tertawa saat bersama Devan. Kebahagiaan yang entah akan bertahan sampai kapan.
Ita           : “Aku bahagia banget hari ini, karena bisa pergi sama kamu, tertawa dan melihat sunset bersama kamu. Dan yang lebih membahagiakan, aku bisa mendengar lagu itu secara langsung”.
Devan   : “Aku juga senang bisa jalan sama kamu. Makanya kamu harus cepat sembuh, nanti kita bisa jalan-jalan lagi”.
Ita           : “Iya. Rasanya aku nggak ingin ini berakhir, aku ingin terus bersama kamu. Bahagia seperti ini.”

Devan hanya bisa tersenyum mendengar ucapan Ita. Lalu mencium kening Ita dengan lembut. Ita yang  terkejut saat Devan mencium keningnya hanya bisa menatap Devan, lalu tersenyum.
Devan   : “Aku sayang kamu. Cepat sembuh, ya.”
Air mata mengalir dari mata Ita. Suasana mengharukan itu terlihat sangat membahagiakan. Setelah itu mereka kembali ke rumah sakit karena Ita masih harus di rawat.

* * *

Sebuah kabar mengejutkan membuat Devan dan Gilang datang ke rumah sakit lebih pagi dari biasanya. Keadaan Ita yang belakangan ini mulai membaik, tiba-tiba drop. Semua dokter dan perawat sibuk mengatasi keadaan itu. Sedangkan Devan, Gati dan keluarga Ita hanya bisa menunggu dan berdoa dari luar ruang ICU.
Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya dokter membolehkan mereka untuk masuk ruangan itu dan melihat kondisi Ita yang sudah sadar. Wajah gadis itu semakin pucat dan tubuhnya dingin. Tapi dia masih tersenyum saat melihat keluarga dan dua orang yang berharga baginya itu masuk ke kamarnya.

Mama Ita             : “Kamu nggak apa-apa kan, sayang?” .
Ita                           : “Aku baik-baik aja kok, Ma. Ouh iya Devan, aku mau mendengar kamu menyanyi. Tolong nyanyikan lagu itu sekarang. Aku mau dengar.”
Devan                   : “Nanti saja, sekarang kamu istirahat dulu”
Ita                          : “Tidak, Aku mau mendengarnya sekarang. Aku lelah, ingin istirahat. Aku ingin mendengar lagu itu, untuk menemani tidurku.”
Mama Ita             : “Nyanyikan saja.”

Akhirnya Devan menyanyikan lagu yang ingin di dengar Ita itu. Tangannya menggenggam tangan Ita yang dingin, Ita juga menggenggamnya dengan erat seperti tak mau lepas lagi. Perlahan matanya terpejam dan akirnya dia tertidur. Tapi itu bukan tidur biasa, karena monitor yang menunjukkan gerakan jantung Ita perlahan berhenti, hingga akhirnya sebuah garis muncul di monitor itu. Dan tak ada lagi pergerakan grafik detak jantung Ita. Devan yang dari tadi menggenggam tangan Ita merasa tangan Ita perlahan melepas genggamannya.
Mereka terus memanggil Ita, tapi dia tidak juga membuka matanya. Dokter juga sudah mengatakan kalau Ita telah pergi untuk selamanya dan Ita tak mungkin kembali lagi.
Air mata seperti tak bisa berhenti mengalir dari mata keluarga, Gilang dan Devan. Mereka tidak menyangka, Ita yang mereka kira akan segera sembuh ternyata meninggalkan mereka secepat itu.

Begitu juga Devan, dia tidak mengira kalau lagu yang dia nyanyikan itu adalah lagu terakhir untuk Ita. Sebelum wajah Ita di tutupi kain putih, Devan mencium kening cewek yang pernah di cintainya itu dengan lembut.

Dan iya juga berbisik ditelinga cewek itu ...

Selamat jalan, sayang. Maafkan aku yang telah membuatmu seperti ini. Semoga kau tenang disana dan diterima disisnya. Aku mencintaimu selamanya”




* ini cerpen yang 1nya... yang panjang mungkin dipostnya agak malaman .. hehehe.. maaf ya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar