Mika part 4*
Siang itu, Mika sedang mondar mandir didepan aula sekolah. Kelihatannya dia sedang sangat bingung, takut dan sedikit dongkol. Ya iyalah, gimana nggak kayak gitu, orang semalaman dia harus mikirin tentang masalah dia dan Reno yang berhubungan dengan Rasty n d’geng.
Dan hari itu, sebenarnya dia harus memberikan keterangan pada Rasty tentang apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Reno. Dan Mika pun berencana untuk mengajak Reno berdiskusi tentang masalah yang mereka hadapi, tetapi....
Seketika terdengar pengumuman dari pengeras suara di depan kantor guru. Yang menyatakan, bahawa seluruh anggota basket akan latihan setiap hari selama 2 jam setelah pulang sekolah. Hal itu diadakan karena berhubungan dengan kompetisi basket tingkat provinsi yang tinggal 10 hari lagi.
Pengumuman itu mendadak diberikan kepada seluruh anggota basket, dan itu membuat Reno dan Mika menjadi bingung. Sebenarnya, awalnya guru-guru pun tak setuju dengan keputusan itu, karena kebanyakan dari anggota basket adalah anak kelas 3 yang akan menghadapi ujian, mungkin 1 setengah bulan lagi. Menurut mereka, basket itu tidak terlalu penting, karena basket kan tidak di UAN-kan.
Tapi apa daya, kepala sekolah telah mengizinkan dan mau tidak mau semua harus mematuhinya.
Dengan pengumuman itu, Mika berpikir bahwa dia akan mengurungkan niatnya untuk mengajak Reno berdiskusi tentang masalah mereka. Dan akhirnya mereka memutuskan untuk membahas masalah mereka setelah kompetesi selesai.
Karena semakin ketat Reno berlatih, berarti semakin sering juga Mika akan duduk di tepi lapangan sambil memegang botol minumnya, dan menunggu Reno selesai latihan.
Pernah sesekali dia meminta kepada anggota basket untuk membolehkan dia ikut latihan bersama mereka di lapangan, tapi Aidan si wakil ketua basket, langsung melarangnya.
“Jangan Mik, elo kan kecil. Ntar elo keinjek lagi.”
*Enak aja, emang aku sekecil itu ya bagi mereka. Aku kan juga bisa main basket, ya walaupun driblenya masih ancur-ancuran.* Kata Mika dalam hati.
“Aku ikut kalian main yaa.. Sekali aja..” pinta Mika
“Aduh Mik, gimana yaa, kamu kan tau badanmu itu kecil, lah kita-kita, ya bukannya sombong, tapi tahu sendiri kan kita jangkung-jangkung, ntar kalo ada apa-apa, gimana? Bisa digaplok kita-kita, ama Reno.” Jelas Tino yang juga termasuk tim basket Reno.
“Iya Mik, kamu kan juga belum 17 tahun, jadi ya pertumbuhannya itu belum sempurna. Kalo kata orang jaman dulu, kalo cowok berarti belum sunat Mik. Hehe.” Sahut Dito
Karena omongan Dito tadi, seketika wajah Mika memerah. Akhirnya Mika pun kembali duduk ditepi lapangan dengan rasa malu dan kesal.
Reno yang baru saja datang habis berganti pakaian pun merasa kasihan terhadap Mika, ketika melihat Mika hanya duduk di tepi lapangan apalagi dengan wajah cemberut.
Akhirnya, Reno pun menghampiri Mika.
“Mik..”
“Iya,, kenapa ?” Mika pu menjawab dengan wajah yang super super, memelas.
“Mendingan kamu maen game aja.” Kata Reno sambil menyodorkan PSP ke depan Mika.
“Ehh,,,, nggak ah.. Malas..”
“Hmm, daripada elo bengong aja. Mau diejek lagi ama mereka-mereka.”
“Nggak ! nggak mau..”
“Iya makanya itu.” Kata Reno sambil berusaha menahan ketawa.
“Yang lain aja deh..” Mika pun meminta dengan wajah yang polos.
“Iyaudah, belajar aja, mau nggak.” Kata Reno sambil mengambil buku dari dalam tasnya.
“Heehh...” desis Mika dengan wajah kebingungan.
“Kenapa? Tadi kan elo bilang, elo nggak mau maen game, iya udah elo pelajarin aja nih buku.”
“Kenapa harus buku ini??”
“Emang kenapa ama buku ini?”
“Iya kamu kan tau, itu pelajaran yang susah...susah masuk dalam otakku”
“Hahaha, iya makanya itu. Karena itu susah, makanya aku nyuruh kamu untuk pelajarin ini.”
“Hmmm, iya udah deh...” Dengan pasrah Mika menerima buku itu.
“Iya udah, met belajar ya..”
“Iyaa RENO ADITYA DARMAWAN !!.”
Reno pun berjalan ke lapangan untuk berlatih. Sebenarnya, Reno nggak perlu ngekhawatirin keselamatan Mika lagi, soalnya Rasty n’ d’geng itu nggak akan mungkin ngelakuin aksi penculikan lagi.
Tapi... sehubungan dengan adanya kompetisi basket antar SMU ini, mungkin Rasty n’ d’geng lagi nyusun suatu rencana yang bakalan buat satu sekolah heboh..
Hari ini, Mika tidak pulang bersama Reno, melainkan ia pulang dengan Davina, yang tidak lain dan tidak bukan adalah sahabatnya. Hehe.
Saat dalam perjalanan pulang, Mika agak kaget dan tersentak ketika mendengar sahabatnya berbicara.
“Mik, elo tau nggak, kalo Rasty n’ d’geng, lagi buat suatu gerakan wanita?”
“Hmmm, nggak. Mang mereka mau buat gerakan wanita apa?”
“Elo beneran nggak tau, atau pura-pura nggak tau??”
“Lah, serius, aku beneran nggak tau Vi. Emang mereka mau buat gerakan wanita apa sih? Gerakan wanita anti narkoba? Atau, gerakan wanita anti KDRT? Apa’an???”
“Heh, elo itu ada-ada aja loh. Bukan itu.”
“Lah terus apa’an?? To the point aja deh.”
“Hmm, mereka mau buat GERAKAN ANTI MIKA”
“Heehhh !! Anti aku?? Seriuss Vi??”
“Ya iyalah Mik, masa’ iya aku mau bohong soal ginian.”
“Terus terus, kamu tau kapan mereka mau buat gerakan itu?”
“Hmm, nggak tau pasti sihh. Tapi yang gue dengar, hari ini mereka mau ngomongin soal itu. Terus mereka juga ngomongin soal rencana B apa gitu. Pokoknya begitulah Mik.”
“Haduuuhhh, gimana nih?” Mika pun dengan spontan menepuk dahinya.
“Iyaa, gue nggak tau Mik.”
“Kamu tau nggak siapa aja anggotanya Vi?”
“Nggak tau pasti sih, tapi semua cewek yang waktu itu ngeroyok elo di rumah Sabrina, ada semua Mik.”
“Hah ?? Bisa mati aku, kalo gini teruss...”
“Iya elo juga sih, ada-ada aja, pacaran ama orang yang abnormal kayak Reno.”
“Maksudmu ??”
“Uppsss.. hehehe, maksud gue kelewat normal Mik. Iya, dia itu kelewat ganteng, kelewat keren, kelewat cool, kelewat semuanya dehh Mik.”
“Huh, dasar cewek centil.”
“Enak aja, kan gue cuma berpendapat. Tapi, lebih tepatnya gue berkata fakta deh Mik.”
“Davina ....!!” Dengan wajah kesal sedikit kemerahan, Mika pun mengejar Davina yang udah lari karena takut diterkam oleh singa betina kayak Mika.
<<>>
Hari ini sebenarnya Mika ingin mengajak Reno untuk berdiskusi tentang apa yang dibilang oleh Davina kemarin, tetapi waktu Mika menghampiri Reno.
“Ren, ada waktu nggak pulang sekolah ini?”
“Hmm, aduhh Mik, kamu tau sendiri kan jadwalku padat.”
“Ouh gitu ya. Iya udah deh.” Kata Mika yang spontan menundukkan wajahnya karena kecewa dan langsung membalikkan badan dan berjalan.
“Mika.”
“Hmm.” Mika pun membalikkan badannya, dan sedikit mengangkat wajahnya.
Reno pun langsung meraih tangan Mika dan memeluk Mika dengan membisikkan seutas kalimat. “Aku tau, ini semua berat bagimu.”
Dengan wajah kaget kemerahan, Mika pun menerima pelukkan itu.
“Iya aku tau. Tapi kalo kamu nggak sibuk, aku menunggumu di taman biasa.” Kata Mika sambil melepaskan pelukan Reno dan segera pergi menjauh dari Reno.
“Mik. Mika.” Reno pun memanggil Mika, tapi tak sedikit pun terlihat kalo Mika akan menoleh ke Reno.
Duduk termenung didepan hamparan bunga yang sedang mekar, hanya itulah yang dapat dilakukan oleh Mika. Sambil menunggu, menunggu dan menunggu.
*apakah orang itu akan datang?* desir Mika dalam hatinya.
3 jam berlalu, terik matahari yang begitu menyengat nampak tak bersahabat dengan Mika. Tapi anehnya, hal itu bertolak belakang degan apa yang dirasa oleh Mika. Mendung yang mulai datang di matanya, sekumpulan air yang tak lagi bisa terbendung. Dan akhirnya sekumpulan air itu jatuh tepat di pipinya. Entah apa yang dirasakannya, sedih, kecewa, marah atau pun kesal. Semua berkumpul menjadi satu.
Tetes demi tetes air mata yang jatuh membasahi pipnya seolah tak menggugah hati Reno untuk datang. Matahari sore pun telah datang, tapi Mika tetap duduk menunggu Reno. Entah apa yang dia pikirkan, tapi kegigihannya tak luntur sedikit pun.
Senja pun telah menghampirinya, tapi ia tetap duduk dan menunggu Reno.
Di tempat lain, Reno yang baru pulang dari latihan basket, langsung cepat-cepat mandi dan pergi ke rumah Mika.
Sesampai di rumahnya Mika..
Dengan tergesa-gesa Reno mengetuk pintu rumah Mika. Dan Bi Kasman pun langsung membukakan pintu.
“Oh, den Reno. Ada apa Den datang ke sini?”
“Hmm, Mikanya ada bi?”
“Ohh non Mika, belum pulang Den. Kirain bibi Non Mika ama Aden.”
“Nggak bi, dia nggak sama saya. Tadi dia pulang sendirian naik taksi bi.”
“Waduh aden, bibi mah nggak tau. Kalo nggak ada ama aden, terus non Mika di mana Den.”
“Nah itu dia bi, saya juga nggak tau.”
“Aduhhh, gimana ini den.”
“Iya udah Bi, saya mau mencari Mika dulu, dan bibi nggak usah khawatir.”
“Iya den. Ohh iya, ini kunci rumah non Mika. Saya nggak bisa nunggu aden dan non Mika pulang, karena saya harus pulang ke rumah menjaga anak saya yang sedang sakit Den.”
“Ohh.. iya udah, nggak papa Bi. Saya pergi dulu ya Bi.”
Dengan terburu-buru, Reno pun kembali masuk ke dalam mobilnya. Sesaat dia berpikir, kemana dia harus mencari Mika. Dan sesaat itulah dia tahu di mana Mika berada.
Di sana, Mika masih menunggu Reno. Dengan wajah yang sedikit pucat, dia tetap duduk menunggu.
Sesampainya Reno di sana.
Reno mencari Mika diseluruh sudut taman, dan akhirnya Reno menemukan Mika yang sudah tergeletak dilantai ubin taman dengan tubuh yang sangat lemas dan muka yang sangat pucat. Reno pun langsung berlari menghampiri Mika.
“Mik, maaf aku datang terlambat. Kalo aja aku tahu kamu menungguku seharian disini, aku pasti akan meninggalkan latihanku dan datang ke sini. Tapi maaf, karena aku nggak menyadari itu.”
Reno pun segera mengangkat tubuh Mika dan dengan cepat memasukkan Mika ke dalam mobil. Reno membawa Mika ke klinik terdekat, tapi setelah sampai ternyata tidak ada kamar yang kosong. Dan akhirnya, karena Reno tidak mau menunggu lama, Reno pun langsung membawa Mika pulang ke rumah Mika.
Sesampainya di rumah Mika.
Reno langsung menggendong Mika masuk ke dalam kamarnya. Merebahkan tubuh Mika ke kasur dan dengan ragu-ragu ia mengecek keadaan Mika, dengan meletakkan tangannya di dahi Mika. Setelah itu, ia langsung melepas sepatu Mika dari kaki Mika, dan menggosokkan tangannya ke kaki Mika. Dan dengan cepat juga, dia mengambil baskom kecil yang diisi oleh air es untuk mengompres Mika.
Dengan penuh rasa khawatir dia menunggu Mika dengan harapan Mika akan segera sadar. Tapi, nyatanya Mika tak kunjung sadar.
Keesokan paginya, akhirnya Mika sadar. Mika beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan menuju ruang tengah yang terhubung dengan dapur. Mika melihat sesosok orang yang sedang sibuk di dapur, pertama dia mengira itu Bi Kasman, tapi ia salah. Ternyata setelah ia mendekat, sesosok itu adalah Reno. Reno rela nggak masuk sekolah dan nginep di rumah Mika cuma untuk menjaga Mika. Dan apa yang sedang dilakukan Reno di dapur adalah membuat bubur untuk Mika.
“Kenapa kamu bisa ada disini?” tanya Mika.
“Kamu kira, kamu cewek yang hebat, bisa pulang ke rumah sendiri setelah kamu pingsan.” jawab Reno
“Jadi kamu datang?”
“Iya, aku datang.”
“Kenapa kamu datang. Seharusnya kamu nggak usah datang.”
“Kenapa kalo aku mau datang?” jawab Reno
“Karena aku nggak mau orang yang nggak peduli denganku datang karena diriku.”
“Aku datang bukan karena kamu. Aku datang karena aku mau, karena aku ingin.
“Mau? Ingin? Bukan karena aku? Terus apa yang mau kamu harapkan dengan datang. Apa kamu hanya ingin melihat aku tergeletak pingsan. Hah??!”
“Kenapa kamu dilahirkan sebagai seorang cewek yang sangat keras kepala.”
“Huh.” Mika menghela napas dan memalingkan wajahnya.
“Udahlah, nggak usah bahas itu, sekarang duduk. Dan makan ini.” Kata Reno sambil menyodorkan makanan (bubur) yang dia buat.
“Seharusnya kamu nggak perlu ngelakuin ini.”
“Huh, udahlah. Duduk dan makan ini.”
Akhirnya dengan terpaksa Mika duduk dan mulai mengambil sendok untuk memakan bubur itu.
Tapi saat Mika mulai menyendok bubur itu, sendok yang dia pegang tiba-tiba jatuh. Entah kenapa, ia merasakan sakit yang sangat luar biasa pada tangan kanannya.
“Udah sini, biar aku aja.” Kata Reno sambil mengambil sendok yang sedang dipegang Mika.
“Kamu nggak perlu kayak gini ama aku. Toh aku juga bisa makan sendiri.”
“Ohh, kamu mau makan dengan tangan gemeteran seperti itu?”
“Hmm, iya juga sih.” Jawab Mika dengan pasrah
Akhirnya Reno pun menyuapin Mika dengan sepenuh hati.
“Hmm, Ren. Kita kan pacaran cuma pura-pura, dan nggak seharusnya kan kamu bersikap seperti ini.” Tanya Mika tanpa ragu
Reno diam sesaat, dihatinya ia juga berpikir kenapa, dia haru bersikap seperti ini, padahal Mika bukan sapa-sapanya kan. Toh cuma pacar bohongan.
“Harus dijawab?” tanya Reno sinis, padahal ia bertanya seperti itu untuk menyembunyikan sikap gelisahnya.
“Iya, aku kan cuma nanya aja. Salah?”
“Nggak.”
“Iya udah.”
Setelah makan, Mika berjalan menuju taman belakang rumahnya. Ia duduk termenung. Ada satu pertanyaan yang mengusik hatinya.
*apa yang seharusnya dia lakukan untuk mengahadapi cowok kayak Reno. Cowok yang akhir-akhir ini buat jantung dia mau copot.
“Mik.” Reno memanggil Mika
“Iya.”
“Haruskah aku memberitahumu untuk nggak ada disini selama kamu sakit??” Kata Reno dengan wajah yang nggak enak.
“Emang kenapa? Apa peduli mu?” >.<
“Jangan buat aku mengulang kata-kata itu lagi.”
“Iya iya. Aku masuk. -,-“
Akhirnya Mika masuk dan duduk di ruang tamu.
Sedangkan itu, gantian Reno yang duduk termenung di taman belakang rumah Mika. Dan Mika pun berniat untuk membalas dendam ke Reno. Dan dia pun akhirnya keluar menghampiri Reno.
“Haruskah aku memeberitahumu untuk nggak ada disini, karena masih ada PR yang harus kamu kerjakan???” tanya Mika dengan tersenyum manis.
Reno pun hanya tersenyum tipis.
“Jangan buat aku mengulang kata-kata itu lagi.”
“Iya iya, aku masuk” jawab Reno dengan meniru gaya Mika saat menjawabnya tadi.
Mika pun merasa jengkel. Tapi entah kenapa dia tersenyum, seolah-olah dia sangat bahagia bersama Reno.
Dan mereka berdua pun masuk ke dalam rumah.
“Mau jalan-jalan sore nggak?” tanya Mika dengan menunjukkan sikap manjanya.
“Hmm, jalan-jalan sore?”
“Iya, jalan-jalan sore. Mau ya. Ya ya ya.”
“Iya dah. Mau jalan kemana?”
“Jalan-jalan disekitar kompleks aja.”
“Iya, ayo.”
“Beneran mau? Serius? Yakin?”
“iya.”
“Emang udah nggak marah lagi?”
“siapa yang marah?”
“Kamu, tadi.”
“nggak kok. Jadi nggak?”
“jadi-jadi. Hehehe.”
Saat mereka jalan-jalan di sekitar kompleks, Reno dengan perlahan baru menyadari kalo dia nggak akan bisa menjalani hari-harinya tanpa Mika. Ternyata begitu pun juga dengan Mika.
“Mik.” “Ren” Secara bersamaan mereka saling memanggil satu sama lain.
“kenapa?” tanya Mika.
“Nggak papa, kamu juga kenapa tadi manggil?” Reno pun balik bertanya.
“Nggak papa juga. Cuma mau manggil aja.” Jawab Mika sambil tersenyum manja.
“Ohh.” Jawab Reno sambil menghela nafas dan tersenyum tipis.
"Iya udah, udah sore, pulang yuk. ^-^ "
"Iya.."
<<>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar